Minggu, 06 April 2014

Abortus Iminens



MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
NY.  UMUR G2P1AOAh1 DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI PUSKESMAS SENTOLO I

DISUSUN OLEH:
WAHYU WAHIDAH WAHDANIYATI
120253


AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA
2014
HALAMAN PERSETUJUAN

MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
NY.  UMUR G2P1AOAh1 DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI PUSKESMAS SENTOLO I

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui
Tanggal……………….2014
Disusun oleh:
WAHYU WAHIDAH WAHDANIYATI
NIM 120253
Menyutujui dan Mengesahkan
Kepala Puskesmas Sentolo I

Pembimbing Akademik


dr. Sandrawati Said, M.Kes



Era Revika, SST. M.Kes


HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
NY.  UMUR G2P1AOAh1 DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI PUSKESMAS SENTOLO I
Disusun oleh:
WAHYU WAHIDAH WAHDANIYATI
NIM 120253

Telah diseminarkan  didepan penguji
Pada tanggal ……….
Mengetahui

Penguji I

Penguji II







KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji bagi Alloh SWT, yang tiada tuhan selain diri-Nya yang menguasai alam semesta ini, dan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanaan Pada Ibu Hamil Ny. P Umur 35 Tahun Dengan Abortus Imminens Di Puskesmas Sentolo 1” dapat terselesaikan.
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bimbingan dan pengarahan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.    dr. Sandrawati Said, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Sentolo I
2.    dr.Andi selaku pembimbing lahan
3.    dr. Arum Ermi Wijayanti selaku pembimbing lahan
4.    Ibu Dwi Martiningsih, Amd.Keb selaku pembimbing lahan
5.    Ibu Era Revika, SST. M.Kes selaku pembimbing akademik
6.    Rekan-rekan mahasiswa Akademi Kebidanan Yogyakarta
7.    Semua pihak yang telah member dukungan dan doa dalam kelancaran penyusunan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati penulisn menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan evaluasi demi peningkatan makalah ini.


Kulon Progo, Maret 2014

                                                                                     Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya dinegara yang sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara berkembang, sedangkan di negara maju hanya 1-2%. Sebenarnya sebagian besar kematian tersebut masih adapt dicegah apabila mendapat pertolongan pertama yang adekuat (Manuaba, 2007:6).
Sri Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena tiga kasus (kehamilan, persalinan, dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan melahirkan akibat terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), partus lama (5%) dan abortus (5%). Perdarahan yang banyak menyebabkan kematian ibu yang sekarang banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010).
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal  karena bortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggra adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600-900 ribu, sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu 1,5 juta setiap tahunnya, 2500 orang di antaranya berakhir dengan kematian (Ulfah Ansor, 2006). Manuaba (2007), mengemukakan diperkirakan terjadi gugur kandungan secara illegal pada kehamilan yang tidak di inginkan sebanyak 2,5-3 juta orang/tahun dengan kematian sekitar 125.000-130.000 orang/tahun di Indonesia.
Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor resikonya meliputi usia dan riwayat baortus berulang (Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus berulang karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom dan penyakit kronis (Manuaba, 1998).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. P Umur 35 Tahun G2p1a0ah1 Dengan Abortus Imminens Di Puskesmas Sentolo 1”.
B.  Tujuan
1.    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1 dengan abortus imminens

2.    Tujuan khusus
a.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1 dengan abortus imminens
b.    Menginterpretasikan data dengan merumuskan diagnose kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1 dengan abortus imminens
c.    Mengidentifikasi diagnosa potensial pada pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1 dengan abortus imminens
d.   Mengidentifikasi terhadap tindakan segera pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1 dengan abortus imminens
e.    Melakukan perencanaan asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1 dengan abortus imminens
f.     Melakukan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1 dengan abortus imminens sesuai perencanaan secara efektif dana aman
g.    Mengevaluasi asuhan yang diberikan pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1 dengan abortus imminens




C.     Manfaat
a.       Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam praktek di lahan serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam masalah memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens
b.      Bagi Institusi
Menambah pustaka bagi kampus Akademi Kebidanan Yogyakarta mengenai asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens.
c.       Bagi Puskesmas Sentolo I
Mempertahankan dan meningkatkan pelayanan KIA secara menyeluruh sehingga menjadi pelayanan kesehatan primer bagi masyarakat yang semakin baik













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Abortus Imminens
1.  Pengertian Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut. Berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Berikut ini macam macam abortus:
a.       Berdasarkan kejadiannya
1)      Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut (Saifuddin, 2002). Abortus spontan dibagi atas:
a)       Abortus imminens
Adalah abortus yang mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari atau dapat berulang (Kusmiyati, 2009). Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan dari rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu, dimana janin masih berada di dalam rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher rahim. Apabila janin masih hidup maka kehamilan dapat dipertahankan, akan tetapi apabila janin mengalami kematian, maka dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk melihat gerakan dan denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan melalui alat Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 – 16 minggu.
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini, kehamilan masih mungkin berlanjut dan dipertahankan (Wiknjosastro dkk, 2002 : 147). Abortus imminens adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya (FK-UNPAD, 1984 : 8)
b)      Abortus insipiens
Adalah terjadinya perdarahan ringan atau sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri (Saifuddin, 2002).
c)      Abortus inkomplit
Adalah abortus yang terjadi sebelum usiagestasi 10 minggu, janin danplasenta biasanya keluar, tetapi dalam waktu yang terpisah (Cunningham, 2005).
d)     Abortus komplit
Adalah terjadinya perdarahan sampai semua produk pembuahan ataujanin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar (Helen Farrer, 1999).
e)      Abortus habitualis
Adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih (Kusmiyati, 2009).
f)       Abortus infeksio
 Adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi. Adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum peritoneum dapat menimbulkan septicemia, sepsis atau peritonitis (Saifuddin, 2002).
g)      Abortus septic
adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum (Saifuddin, 2002).
h)      Missed abortion
Missed abortion terjadi jika sesudah mengalami abortus imminens,perdarahan pervaginam berhenti namun produk pembuahan meninggal dan tetap berada dalam rahim (Helen Farrer, 1999).
2)      Abortus buatan
Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan (Kusmiyati, 2009).
b.      Berdasarkan pelaksanaannya
1)    Abortus medisinalis (abortus therapeutik)
Abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital ibu hamil, jika diteruskan kehamilannya , akan lebih membahayakan jiwa ibu sehingga terpaksa dilakukanabortus spontan (Manuaba, 2007).
2)    Abortus kriminalis
Abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak diinginkan, diantaranya akibat perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Sebagian besar dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih sehingga dapat menimbulkan komplikasi (Manuaba, 2007).

2. Etiologi
Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis, mungkin mendekati 50% dari semua konsepsi. (Graber, 2006:368) Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:
a.  Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:
1)   Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau kerusakan kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi)
2)    Embrio dengan kelainan lokal
3)   Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)
(Cunningham, 2005:952)
Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan sebagian besar akan gugur. (Benson, 2008:297).
b. Faktor Maternal
1) Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus.
2) Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio dan ensefalomeilitis.
3)  Bakteri- misalnya Salmonella typi.
4) Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
5) Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
6) Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
7)   Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)
8)    Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
a.    Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum sebelum minggu ke-8
b.    Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil
9)        Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.
10)    Faktor psikosomatik pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
(Benson, 2008:298)
c. Faktor Eksternal
1)   Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
2)   Obat-obatan
3)   Antagonis asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.
4)   Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.
(Wiknjosastro, 2007:303)
d.   Faktor Resiko
1)   Usia
Usia dibawah 20  tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia resiko untuk hamil dan melahirkan (Mulyati, 2003). Menurut Manuaba (1998) kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran dapat terjadi pada usia yang masih muda, karena pada saat remaja alat reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil.
2)   Paritas ibu
Semakin banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin tinggi resikonya untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas (Mulyati, 2003). Sejalan dengan pendapat Cuningham (2005) bahwa resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas.
3)   Riwayat abortus sebelumnya
Setelah satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%. Beberapa studi meramalkan resiko setelah 3 abortus berurutan 30-45% (Prawirohardjo, 2008).
4)   Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan antental dengan baik adalah kelainan yang mungkin ada atau timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui dan segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik pad kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
5)   Pendidikan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2002) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka kejadian tertinggi yaitu pada golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA). Secara teoritis diharapkan wanita ynag berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.
6)   Merokok
Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus. Bagi wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat dibandingkan kontrol normal (Cuningham dkk, 2005)
7)   Alkohol
Abortus spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alcohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Angka abortus meningkat dua kali lipat pada wanita yang minum 2 kali setiap minggu, dan tiga kali pada wanita yang mengkonsumsi alcohol (Cuningham dkk, 2005)
3. Patofisiologis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan (Wiknjosastro, 2007:303-305). Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. (Widjanarko, 2009).
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus (Wiknjosastro, 2007:303-305). Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol (Widjanarko, 2009).

4. Gejala Klinis
a.    Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b.    Terdapat perdarahan, disertai perut sakit.
c.    Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.
d.   Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontrasi otot rahim.
e.    Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif
5. Pemeriksaan Penunjang
a.  Hasil USG menunjukkan:
1)   Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin.
2)   Meragukan
3)   Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
(Kusmiyati, 2009:150)
4)   Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
5)   pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
6)   pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
b. Data laboratorium:
1)   Tes urine
2)   hemoglobin dan hematokrit
3)   menghitung trombosit
4)   kultur darah dan urine

e.    Pemeriksaan ginekologi :
1)   Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
2)   Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudahtertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3)   Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. (Ratihrochmat, 2009)

6. Komplikasi
a.    Perdarahan
b.    Perforasi
c.    Infeksi
d.   Syok
1)   Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
2)   Infeksi berat atau sepsis disebut syok septic atau endoseptik
      (Wiknjosastro, 2007:311-312)

7. Diagnosa
Diagnosis abortus  imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuannya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan vili koriales ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasannya sedikit, warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules. (Wiknjosastro, 2007:305).
8. Penanganan
a.    Istirahat–baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
b.    Anjuran untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual.
c.    Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih hidup.
(Wiknjosastro dkk, 2002 : 305)
d.   Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
     (Saifuddin, 2007:149)
e.    Terapi defesiensi hormon pada abortus imminens
Jenis hormon
Dosis awal
Dosis pemeliharaan
Ditrogesteron
40 mg per oral
10 mg setiap 8 jam
Alilesterenol
20 mg per oral
5 mg setiap 8 jam
Hidroksiprogesteron kaproag
500 mg intramuskuler
250 mg setiap 12 jam, bila ada perbaikan, lanjutkan dengan 250 mg perhari hingga 7 hari setelah perdarah berhenti.
f.      Asam mefenamat
Digunakan sebagai anti prostaglandin dan penghilang nyeri tetapi efektifitasnya dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan memuaskan.
g.    Penenang penobarbital 3 x 30 gram valium
h.    Anti pendarahan: Adona , Transami
i.      Vit B Komplek
j.      Hormon progesteron
k.    Penguat plasenta: gestanom, dhopaston
l.      Anti kontraksi Rahim: Duadilan, papaverin
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
1. Manajemen kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau manejemen kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak tepat secara logis tentang asuhan yang diberikan. Dalam prakteknya bidan harus berfikir kritis, tidak pragmatis untuk menjamin keamanan dan kepuasan klien sebagai hasil (Pusdiknakes, 2003).
Asuhan kebidanan dengan abortus iminens ini merupakan manajemen kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang dikembangkan oleh Varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2.  Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut Varney (1997)
Konsep tujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney (1997), yaitu:
a.    Pengkajian
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)pengkajian merupakan suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar dan informasi yang akurat dan lengkap tentang klien dikumpulkan dan dianalisis unuk mengevaluasi keadaan klien, maka pada pengkajian difokuskan pada:
Data Subyektif
1)      Identitas Pasien
Nama          : Dikaji dengan tujuan agar dapat  mengenal/memanggil penderita dan tidak keliru dengan penderita lain (Ibrahim, 1996).
Umur           : Dikaji untuk mengetahui usia aman untukkehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun (Prawirohardjo, 2002).
Agama          : Dikaji untuk menuntun kesuatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan pasien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan persalinan (Ibrahim, 1996).
Suku/bangsa   : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ibrahim, 1996).
Pendidikan      : Berpengaruh pada tingkat penerimaan pasien terhadap konseling yang diberikan serta tingkat kemampuan pengetahuan ibu terhadap keadaannya (Wildan dan Hidayat, 2008).
Pekerjaan         : Berkaitan dengan keadaan pasien maka pekerjaan perlu dikaji apakah keadaan terlalu berat sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya keadaan yang lebih parah (Wildan dan Hidayat, 2008).
Alamat             : Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila mengadakan kunjungan pada pasien (Ibrahim, 1996).
2)      Keluhan utama
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) keluhan utama berkaitan dengan kejadian yang dirasakan pasien, dalam kasus abortus iminens pasien akan mengeluh keluar darah sedikit ataupun banyak dari jalan lahir serta merasakan mules pada perut bagian bawah.
3)   Riwayat kesehatan
a)   Riwayat kesehatan dahulu
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat kesehatan yang lalu ditunjukkan pada pengkajian penyakit yang diderita pasien yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan yang sekarang. Perlu dikaji juga ibu mempunyai penyakit jantung, asma, hipertensi, DM, karena jika penyakit-penyaki tersebut sudah ada sebelum ibu hamil maka akan diperberat dengan adanya kehamilan, dapat berisiko pada waktu persalinan.
b)  Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui adakah penyakit yang diderita pasien seperti: penyakit jantung, asma, hipertensi dan DM.
c)   Riwayat kesehatan keluarga
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)  riwayat kesehatan ini dikaji untuk mengetahui apakah ada riwayat kembar pada keluarga, selain itu juga dikaji adakah riwayat kecacatan pada keluarga.
4) Riwayat Obstetri
a) Riwayat menstruasi
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat menstruasi dikaji untuk mengetahui usia kandungan apakah sudah aterm atau belum, melalui HPHT (hari pertama haid terakhir) karena bila dijumpai ibu bersalin dengan preterm, (<37minggu) merupakan kontraindikasi dilakukannya indikasi persalinan, selain itu untuk mengetahui apakah ibu ada riwayat keputihan, karena jika ada keputihan yang sifatnya patologis, maka ada kemungkinan terjadi infeksi.
b) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Muslihatun Wildan dan Hidayat, (2008) perlu dikaji untuk menyatakan tentang keadaan kehamilan ibu yang sekarang ini.
5) Pola pemenuhankebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang kebutuhan nutrisi ibu selama hamil, apakah sudah sesuai dengan gizi seimbang untuk ibu hamil (Wildan dan Hidayat, 2008).
b) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kebiasaan BAB (frekuensi, jumlah, konsistensi, bau) dan kebiasaan BAK (warna, frekuensi, jumlahdan terakhir kali ibu BAB atau BAK), karena jika ibu mengalami kesulitan BAB maka kemungkinan ibu sering mengejan sehingga uterus berkontraksi (Wildan dan Hidayat, 2008).
c) Pola istirahat
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam ibu tidur siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena berpengaruh terhadap kesehatan fisik ibu (Wildan dan Hidayat, 2008).
d)   Personal hygiene
Menggambarkan pola hygiene pasien misalnya: berapa kali ganti pakaian dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari dan keramas dalam satu minggu. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan dirinya (Wildan dan Hidayat, 2008).
e)   Pola seksual
Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan seksual dengan suami karena prostaglandin yang terkandung dalam sperma dapat merangsang terjadinya kontraksi (Wildan dan Hidayat, 2008).
f) Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat, sehingga dapat mempengaruhi kehamilan (Wildan dan Hidayat, 2008).
g) Psikososiospiritual
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon, tanggapan, dukungan yang diberikan suami dan keluarga, serta kecemasan pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam proses persalinan (Wildan dan Hidayat, 2008). Dalam kasus abortus iminens pasien biasanya mengatakan takut dan cemas akan kehilangan bayinya.

Data Obyektif
1)    Keadaan umum dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi yang ditandai dengan suhu meningkat, nadi meningkat, untuk mendukung kondisi selama hamil berjalan baik, maka keadaan umum pasien dan tanda-tanda fisik hendaknya tidak ada masalah (Wildan dan Hidayat, 2008).
2)    Pemeriksaan tanda vital
a) Tekanan darah
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tekanan sistolik dan tekanan diastolik darah. Dengan pemeriksaan ini kita bisa menilai adanya kelainan pada sistem kardiovaskuler. Tekanan darah normal pada orang dewasa yaitu tekanan sistolik kurang dari 130 Mmhg dan tekanan diastolik kurang dari 80 mmhg (Uliyah, 2006).
b) Pemeriksaan nadi
Pemerikasaan ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan irama detak jantung. Frekuensi nadi normal pada orang dewasa 60-90 kali permenit (Uliyah, 2006).
c) Pemeriksaan pernafasan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi pernafasan, irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan. Frekuensi pernafasan normal orang dewasa yaitu sekitar 16-20 kali permenit (Uliyah, 2006).
d) Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan suhu tubuh ibu,sehingga bisa digunakan untuk mendeteksi dini suatu penyakit.  Pemeriksaan ini bisa dilakukan melalui oral, rektal, dan aksila. Suhu tubuh normal pada orang dewasa yaitu 36-37 0C (Uliyah, 2006).

3)   Antropometri
a) Berat Badan
Dikaji untuk menentukan pertambahan berat badan total atau untuk membantu mengevaluasi keparahan edema yang disertai preeklamsi (Varney, 1997).
b) Tinggi badan
Dikaji karena pada ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 140 cm, dicurigai adanya disproporsi sefalo pelvik (Mansjoer, 1999).
c) LILA
Untuk mengetahui berapa lingkar lengan atas ibu, karena bila kurang dari 23,5 cm ibu menderita KEK ( Kekurangan Energi Protein).
4)    Pemeriksaan fisik pasien
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada organ tubuh pasien (Wildan dan Hidayat, 2008).
a)      Kepala       : untuk mengetahui bentuk kepala, kulit kepala dan kebersihan rambut (Prihardjo, 2007).
b)      Muka         : untuk mengetahui pucat karena anemia (Prihardjo, 2007).
c)      Mata          : dilihat dari konjungtiva pucat atau tidak, bila ditemukan pucat berarti mengarah pada anemia, sklera kuning atau tidak bila kuning mengarah pada hepatitis (Saifudin, 2002).
d)     Hidung      : untuk mengetahui kebersihan hidung dan ada kelainan pada hidung atau tidak (Prihardjo, 2007).
e)      Telinga      : untuk mengetahui kebersihan telinga (Prihardjo, 2007).
f)       Mulut        : untuk mengetahui apakah ada kelainan pada bibir, lidah dan gigi (Prihardjo, 2007).
g)     Leher       : untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar (Liewellyn, 2001).
h)     Dada        : untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada pernafasan normal atau tidak (Prihardjo, 2007).
i)      Abdomen    : untuk mengetahui ada tidaknya luka bekas operasi, tumor, linea nigra, dan strie gravidarum. Pada kasus abortus iminens akan dikaji ada tidaknya nyeri perut bagian bawah dan nyeri tekan, (Liewellyn, 2001).
j)      Genetalia  : Untuk mengetahui varises, tumor, tanda-tanda infeksi atau penyakit menular seksual, jumlah perdarahan dan warna perdarahan (Liewellyn, 2001).
k)     Anus      : Untuk mengetahui adanya haemoroid atau tidak (Liewellyn, 2001).
l)      Ekstremitas: Pemeriksaan ekstremitas harus mencakup pengkajian reflek tendon dalam, pemeriksaan adanya edema tungkai dan vena verikosa dan pemeriksaan ukuran tangan dan kaki bentuk serta letak jari tangan dan jari kaki, kelainan menunjukkan gangguan genetik (Wheeler, 2004)
5)     Pemeriksaan Obstetri
a)    Inspeksi
Pada abdomen adakah bekas operasi SC, pembesaran uterus, apakah ada ketegangan perut karena kehamilan, pada genetalia dikaji jumlah perdarahan dan warna perdarahanyang keluar (Wildan dan Hidayat, 2008).
b)    Palpasi
Apabila dari hasil palpasi ditemukan mal persentasi serta gemeli, tinggi fundus uteri. Pada kasus abortus iminens belum dilakukan palpasi karana umur kehamilan masih muda (Wildan dan Hidayat, 2008).
c)  Auskultasi
Untuk mengetahui apakah DJJ < 120 atau > 160 kali permenit berarti kemungkinan terjadi gawat janin sampai dapat menyebabkan kematian janin, dalam kasus abortus iminens belum dilakukan auskultasi (Wildan dan Hidayat, 2008).
6)      Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan pada kasus abortus iminens untuk mengetahui apakah kehamilan dapat berjalan normal apa tidak, seperti:pemeriksaan laboratorium, USG, periksa panggul luar, pemeriksaan panggul dalam, PP test, hasil pemeriksaan dalam (vaginal toucher) (Wildan dan Hidayat, 2008).
b.     Interpretasi Data
Diagnosa: dengan melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa masalah dan kebutuhan ibu hamildengan abortusiminenstergantung dengan pengkajian terhadap pasien tersebut (Wildan dan Hidayat, 2008).
Intepretasi Data
1)   Diagnosa Kebidanan
Seorang ibu G..P..Ab..umur… tahun  hamil … minggu, dengan abortus iminens.
DS :
a)     Pernyataan dari ibu ini kehamilan yang keberapa
b)     Pernyataan dari ibu mengenai umur ibu
c)     Pernyataan dari ibu apakah ibu pernah keguguran atau tidak
d)    Pernyataan dari ibu mengenai HPHT
e)     Pernyataan dari ibu mengenai ada tidaknya nyeri pada perut bagian bawah
DO :
a)    Ekspresi wajah
b)   Keadaan umum
c)    kesadaran
d)   Berat badan sebelum hamil
e)    Berat badan sekarang
f)    Tinggi badan
g)   LILA
h)   Vital sign : tekanan darah, suhu, nadi, respirasi
i)     TFU
j)     Hb
k)   PP test positif (+)
l)     Hasil pemeriksaan dalam (vaginal toucher): mengkaji vagina terdapat fleks atau tidak, porsio tertutup atau terbuka, terdapat nyeri tekan atau tidak, digoyangkan terasa nyeri atau tidak.Adnexa parametrium kanan dan kiri terasa nyeri atau tidak, cavum douglas menonjol atau tidak.
m) Diagnosa Masalah
Permasalahan yang muncul pada abortus iminens yaitu adanya perasaan cemas.
n)   Diagnosa Kebutuhan
KIE cara mengurangi rasa nyeri dan relaksasi
Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
Monitor tanda-tanda vital
c.Diagnosa Potensial
Diagnosa atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan diagnosis atau masalah yang telah teridentifikasi. Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman, diagnosa potensial pada kasus abortus iminens yaitu dapat terjadinya abortus insipiens (Wildan dan Hidayat, 2008).
d.Antisipasi Tindakan Segera
Antisipasi tindakan segera dibuat berdasarkan hasil identifikasi pada diagnosa potensial. Langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan penanganan segera untuk mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan yang terjadi. Antisipasi tindakan segera dalam kasus abortus iminens yaitu: Bed rest total dan segera kolaborasi dengan dokter Obsgyn, (Wildan dan Hidayat, 2008).
c.Perencanaan
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi yang sudah teridentifikasi atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dapat dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dia membutuhkan penyuluhan, konseling, atau rujukan bila ada masalah yang berkaitan dengan aspek sosial-kultural, ekonomi atau psikologi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif, karena sebagian dari asuhan akan dilaksanakan pasien. Perencanaan yang harus dipikirkan pada kasus abortus iminens adalah:
1)   Beri ibu dukungan psikologis dan libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
2)   Observasi keadaan umum dan tanda vital ibu
3)   Kaji perdarahan pasien tiap jam
4)   Anjurkan bed rest total
5)   Kolaborasi dengan dokter Obsgyn untuk memberikan terapi obat untuk mengurangi keluhan pasian
6)   Anjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang berat dan tidak melakukan coitus selama satu bulan setelah perdarahan berhenti
7)   Anjurkan ibu untuk kontrol ulang apabila perdarahan tidak berhenti dalam 2 hari atau bertambah banyak
e.Pelaksanaan
Menurut Wildan dan Hidayat (2008), melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah direncanakan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggug jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar-benar terlaksana). Pelaksanaan pada kasus abortus iminens adalah:
1)             Memberi ibu dukungan psikologis
Menjelaskan bahwa ibu bisa melewati masalah ini dengan baik, memberikan support kepada ibu, dan mendampingi ibu selama ibu dalam pemantauan, serta menghadirkan keluarga yang paling dekat dengan ibu.
2)             Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital ibu setiap 1 jam
Mengkaji perdarahan pasien tiap jam, catat warna perdarahan, jumlah pembalut yang digunakan selama ibu berada di tempat pelayanan.
3)             Menganjurkan ibu bed rest total atau istirahat rebah baik di tempat pelayanan maupun di rumah selama 48 jam, apabila kehamilan masih dapat dipertahankan perdarahan dalam waktu 48 jam akan berhenti.
4)             Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi obat untuk mengurangi keluhan pasian yaitu:
Penenang penobarbital 3 × 30 ml gram, valium
Anti pendarahan : Adona, Transamin
Vitamin B komplek
Hormonal : Progesteron 10 mg sehari untuk terapi subsitusi dan untuk mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misalnya: Gestanon, Dhupaston).
Anti kontraksi rahim : Duvadilan, Papaverin
5)             Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas yang dapat memperberat keadaan seperti: angkat junjung berat, bekerja terlalu keras dan hindari stres serta tidak melakukan coitus selama satu bulan setelah perdarahan berhenti.
6)             Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang apabila perdarahan tidak berhenti dalam 2 hari atau bertambah banyak.
b.      Evaluasi
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif apabila ibu mengalami perkembangan yang lebih baik. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin sebagian belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinabungan maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan belum efektif. Langkah-langkah proses manajemen umunya merupakan pengkajian yang memperjelas proses berfikir yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik (Wildan dan Hidayat, 2008).
Dengan melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa masalah dan kebutuhan ibu hamildengan abortusiminenstergantung dengan pengkajian terhadap pasien tersebut (Wildan dan Hidayat, 2008).










BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI
NY P UMUR 35 TAHUN G2P1A0Ah1 HAMIL 11 MINGGU 3 HARI
DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI PUSKESMAS SENTOLO 1
No RM            :  00 03 47
Tanggal masuk: 21 Maret 2014
Pukul               :  23.00 WIB
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama
: Ny. P
Tn. B
Umur
: 35 tahun
37 Tahun
Agama
: Islam
Islam
Pendidikan
: SMA
SMA
Pekerjaan
: IRT
Swasta
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Jawa/Indonesia
Alamat
: Gedangan, Sentolo


1.      Anamnesa 
a.    Keluhan Utama
Ibu menyatakan mengeluarkan flek-flek mulai jam 23.00 kemudian keluar darah segar dan merasakan mules

b.    Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini perkawinannya yang pertama, menikah sejak umur 26 tahun, lama pernikahan 9 tahun, status sah secara agama dan negara
c.    Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan menarche sejak umur 13 tahun, lama menstruasi 5-6 hari, siklus 28 hari teratur, ganti pemballut 2-3x/hari, tidak ada keputihan, tidak ada nyeri saat menstruasi.
HPHT= 31-12-2013       HPL=8-10-2014
Umur kehamilan= Januari : 4 minggu 3 hari
                              Februari :4 minggu
                                                21 Maret   : 3 minggu
 

                                                                 11 minggu 3 hari
d.   Riwayat Obstetri
No
Tahun
Penolong persalinan
Jenis persalinan
Tempat
H/M
JK
BB
Lahir
Komplikasi
ket
1
2007
Bidan
Spontan
BPS
H
Laki-laki
2900 gram
Tidak ada
-
2
2014
Hamil ini








e.    Riwayat kontrasepsi
No
PASANG
LEPAS
Metode
Tahun
Petugas
Tempat
Tahun
Petugas
Tempat
1
Suntik
2005
Bidan
BPS
2006


2
Suntik
2008
Bidan
BPS
2013












f.     Riwayat kesehatan

1)   Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
2)   Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini sedang tidak menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
3)   Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti jantung.

g.    Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ANC pertamakali di puskesma Sentolo 1 sejak umur kehamilan 4 minggu
Gerakan janin pertama kali belum dirasakan
Gerakan janin dalam sehari belum
Frekuensi ANC: TM I= 2X    TM2= belum    TM3= belum
Pendidikan kesehatan yang diperoleh
Trimester
Keluhan
Pendidikan kesehatan
I
Mual muntah
KIE mual muntah, Nutrisi ibu hamil, dan pentingnya ANC
II
-
-
III
-
-

Permasalahan atau keluhan saat hamil
Trimester
Keluhan
Tindakan/terapi
I
Mual muntah
Asam folat, Vit C
II
-
-
III
-
-


h.    Pola kebutuhan sehari hari
1)   Nutrisi
Makan     : 3x/hari porsi satu piring
Jenis         : Nasi, sayur, lauk
Keluhan   : Tidak ada
Minum     : 7-8 gelas/hari
Jenis         : Air putih, Susu
Keluhan  : Tidak ada
2)   Eliminasi
BAB    : 1-2x/hari, warna kuning kecoklatan,bau khas feces, konsistensi padat
Keluhan : tidak ada
BAK    : 4-5x/hari
Keluhan: tidak ada
3)   Aktivitas
Ibu mengatakan sebagai ibu rumah tangga aktivitas sehari harinya yaitu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memamsak, mencuci, merawat anak dan lain lain.
4)   Istirahat
Siang   : 1 jam
Malam : 6-7 jam
Keluhan: Tidak ada
5)   Pola seksual
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam hubungan seksual
6)   Personal hygiene
Mandi              : 2x/hari
Gosok gigi       : 2x/hari
Keramas          :3x/minggu
Ganti baju        :2x/hari
Potong kuku    :1x/minggu
7)   Data psikososial
Ibu mengatakan ibu dan keluarga sangat senang dengan kehamilan ini
Ibu mengatakan dalam mengambil keputusan secara bermusyawarah
Pengetahuan ibu tentang kehamilan masih kurang tentang abortus imminens
Ibu mengatakan tidak memiliki hewan peliharaan
Ibu mengatakan tinggal bersama suami dan anaknya
Ibu mengatakan belum merencanakan tempat persalinan

B.      Data Objektif
1. Pemerisaan umum
KU           : Sedang
Kesadaran: Composmentis
Vital Sign : TD: 110/70  N:80X/menit  S:36,2OC R: 20X/menit
BB            : 45,5 kg
TB            : 158
LILA        : 24 cm

2.Pemeriksaan fisik
Kepala
Mesochepal, tidak ada masa/benjolan,  kulit kepala, bersih

Muka
Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada oedem

Mata
Konjungtiva merah muda, sclera putih
Hidung
Tidak ada polip, tidak ada secret, bersih
Mulut
Tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, bersih
Telinga
Simetris, tidak ada serumen, bersih
Leher
Tidak ada masa/ benjolan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, vena jugularis
Dada
Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing
Payudara
Tidak ada masa/benjolan, areola hiperpigmentasi, putting susu menonjol

Abdomen

Tidak ada striae gravidarum, tidak ada luka bekas operasi
Genetalia
Keluar flek flek
Ekstremitas
(atas dan bawah) simetris, tidak ada oedem, reflek patella (+)



3.Pemeriksaan penunjang
PP test (+)
Hb= 10,8 gr%
HbsAg (-)
Protein urin (-)


II. INTERPRETASI DATA
A.  Diagnosa Kebidanan
Ny. P umur 35 tahun GP1A0Ah1 HAMIL 11+3 minggu dengan abortus imminens

Data dasar
DS:
-Ibu mengatakan keluar flek-flek sekitar jam 23.00
-Ibu mengatakan cemas dan takut setelah flek-flek kemudian keluar darah merah segar disertai mules pada perut
-Ibu mengatakan ini kehamilannya yang ke 2
DO:
KU    : Sedang
Kesadaran: Composmentis
Vital Sign : TD: 110/70  N:80X/menit  S:36,2OC R: 20X/menit
BB    : 45,5 kg
TB     : 158
LILA     : 24 cm
Pemeriksaan fisik

Muka
Tidak pucat, tidak oedem
Mata
Konjungtiva merah muda, sclera putih
Payudara
Tidak ada masa/ benjolan, putting menonjol dan mengalami hiperpigmentasi
Abdomen
Tidak ada striae gravidarum, tidak ada luka bekas operasi
Genetalia
Keluar flek flek
Ekstremitas
(atas dan bawah) simetris, tidak ada oedem, reflek patella (+)


B.  Masalah
Ibu merasa cemas dan takut setelah flek-flek kemudian keluar darah merah segar
C.  Kebutuhan
Memberikan dukungan psikologis kepada ibu

III. DIAGNOSA POTENSIAL
 Abortus insipiens, abortus inkomplit, abortus komplit

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
    
Rawat inap dan bed rest total

V. PERENCANAAN
1.        Beri tahu ibu hasil pemeriksaan dan beri dukungan psikologis pada ibu
2.        Jelaskan pada ibu bahwa ibu perlu di rawat inap di puskesmas
3.        Jelaskan kepada ibu pentingnya bed rest total dan mengurangi aktivitas
4.        Observasi keadaan umum dan tanda vital ibu
5.        motivasi cukup makan dan minum
6.        Kolaborasi dengan dokter dan beri terapi obat
7.        Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan USG
8.        Dokumentasikan

VI. PELAKSANAAN
1.        Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu mengalami abortus imminens atau ancaman keguguran. Namun ibu tidak perlu khawatir dan cemas, karena janin masih bisa dipertahankan.
2.        Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu perlu rawat inap di puskesmas agar keadaan ibu bisa terpantau dengan baik oleh dokter
3.        Menjelaskan kepada ibu pentingnya bed rest total/tirah baring di tempat tidur serta mengurangi aktivitas baik itu duduk, pergi ke kamar mandi maupun aktivitas lainnya, menganjurkan ibu agar tetap berbaring di tempat tidur.
4.        Mengobservasi keadaan umu dan tanda vital ibu dengan melakukan pemeriksaan TTV meliputi TD: 110/70 N: 80x/menit S: 36,5OC R: 22X/menit, dan menanyakan keluhan ibu: Ibu mengatakan masih flek flek namun sudah mulai berkurang
5.        Memotivasi ibu untuk cukup makan dan minum untuk memenuhi nutrisi ibu dan bayi dalam kandungan serta mempercepat pemulihan.
6.        Kolaborasi dengan dokter dengan cara menjelaskan keadaan pasien saat visite dokter dan meminta terapi obat yang sesuai. Terapi obat yang di berikan yaitu
       Asam folat 1X1
       Vit C          1X1
     Diminum segera setelah pasien sampai di bangsal

Caviplex            1x1
Vit C      1x1
Fe           1x1
Diminum pagi hari tanggal 22-03-2014

7.        Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan USG untuk memastikan keadaan janin dalam kandungan, hasil pemeriksaan USG oleh dokter ± pukul 10.00 wib yaitu Janin tunggal, letak janin melintang, DJJ (+), Gerakan Janin  (+), insersi plasenta di corpus posterior uteri.
8.        Mendokumentasikan tindakan di RM

VII. EVALUASI
1.    Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan dan ibu merasa yakin dirinya dapat melaluinya dengan baik dengan dukungan suami dan keluarga
2.    Ibu bersedia dilakukan rawat inap di puskesmas
3.    Ibu bersedia untuk bed rest total dan mengurangi aktivitasnya
4.    Telah dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital dan pemantauan keadaan umum ibu
5.    Ibu bersedia makan dan minum yang cukup
6.    Telah diberikan obat sesuai terapi obat dari dokter dan ibu bersedia meminumnya sesuai dengan dosis
7.    Telah dilakukan pemeriksaan USG dan ibu mengerti hasil pemeriksaan
8.    Telah di dokumentasikan di RM






BAB IV
PEMBAHASAN


Manajemen asuhan kebidanan atau manejemen kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak tepat secara logis tentang asuhan yang diberikan. Dalam prakteknya bidan harus berfikir kritis, tidak pragmatis untuk menjamin keamanan dan kepuasan klien sebagai hasil (Pusdiknakes, 2003). Pengertian tersebut sejalan dengan manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan di Puskesmas Sentolo I yang memberikan pelayanan dengan metode berfikir dan bertindak tepat secara logis tentang asuhan yang diberikan. Hal dapat dilihat dari tindakan segera yang diberikan kepada pasien yaitu rawat inap di puskesmas sentolo untuk bed rest total dan segera diberikan terapi obat.
Dalam menyajikan asuhan kebidan yang diberikan, penulis menyajikan dalam bentuk varney, sesuai dengan teori varney (1997) meliputi pengkajian yang terdiri dari data subyektif dan obyektif; interpretasi data yang terdiri dari diagnose kebidanan, masalah, kebutuhan; diagnosa potensial; antispasi masalah; perencanaa; pelaksanaan dan evaluasi.
Sebelum merencanakan asuhan kebidanan kepada pasien terlebih dahulu melihat data subyektif dan obyektif. Data subyektif Ny.P yaitu berdasarkan hasil anamnesa seperti identitas, alasan/keluhan utama, riwayat menstruasi, pernikahan, obstetrik, pemakaian alat kontrasepsi, riwayat kesehatan dan seterusnya. Data subyektif yang sangat membantu menegakkan diagnosa kebidanan yaitu keluhan  utama pasien, Ny.P mengeluh keluar flek-flek kemudian keluar darah merah segar disertai mules. Menurut Wildan dan Hidayat (2008) keluhan utama berkaitan dengan kejadian yang dirasakan pasien, dalam kasus abortus iminens, pasien akan mengeluh keluar darah sedikit ataupun banyak dari jalan lahir serta merasakan mules pada perut bagian bawah. Menurut Wiknjosastro (2002) yang dialami Ny. P termasuk abortus imminens, karena terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini, kehamilan masih mungkin berlanjut dan dipertahankan.
Menurut analisa penulis, kejadian abortus imminen pada Ny. P merupakan faktor resiko karena usia Ny. P 35 tahun. Menurut Mulyati (2003) usia dibawah 20  tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia resiko untuk hamil dan melahirkan. Hal in di dukung oleh pendapat Manuaba (1998) yang menyatakan kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun. Sehingga, umur 35 tahun bukan merupakan usia reproduksi sehat dan memiliki banyak resiko kehamilan termasuk resiko terjadinya abortus. Patofisiologi terjadinya flek flek kemudian keuarnya darah segar pda Ny P dengan umur kehamilan 11+3 Minggu, kemungkinan vili koriales sudah menembus dalam desidua hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan hal ini sejalan dengan pendapat Wiknjosastro (2002) yang menyatakan bahwa pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya namun pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Keluarnya flek-flek pada jam 23.00 wib pada tanggal 21 Maret 2014 yang di alami Ny. P, di diagnose abortus imminens karena berdasarkan pemeriksaan Ny P merupakan wanita hamil 11+3 Minggu, yang mengalami perdarahan, padahal semestinya tidak terjadi perdarahan seperti haid apabila terjadi pembuahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Wiknjosastro (2007) bahwa diagnosis abortus  imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuannya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan.
Namun, Diagnosa abortus imminens hanya berdasarkan keluhan pasien tidak dilakukan pemeriksaan lanjut seperti pemeriksaan ginekologi seperti, inspeksi Vulva untuk mengetahui perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, ; inspekulo untuk mengetahui perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium; Colok vagina : porsio tertutup, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan.
Diagnosa potensial dalam asuhan kebidanan pada Ny. P yaitu terjadinya abortus insipiens, hal ini merupakan diagnosa yang akan terjadi apabila abortus imminens tidak mendapat penganan yang tepat hal ini sesuai dengan pendapat Wildan dan Hidayat (2008) bahwa diagnosa potensial pada kasus abortus iminens yaitu dapat terjadinya abortus insipiens (Wildan dan Hidayat, 2008).
Dalam kasus abortus imminens yang dialami Ny. P, Puskesmas Sentolo I melakukan beberapa tindakan. Pada saat Ny. P masuk dan dilakukan pemeriksaan dan di diagnose abortus imminens, antisipasi tindakan segera yang dilakukan yaitu pasien dianjurkan rawat inap dan bed rest total di Puskesmas Sentolo 1, dengan tujuan keadaan pasien dapat terkontrol dengan baik oleh dokter dan benar benar melakukan bed rest total. Hal ini sesuai  dengan pendapat Wiknjosastro dkk (2002) bahwa salah satu penanganan abortus imminens yaitu Istirahat – baring, tidur berbaring karena merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
Selanjutnya penangan lain yaitu pasien juga di berikan KIE oleh perawat/ bidan jaga untuk mengurangi aktifitas  dan kemudian dilakukan pemeriksaan USG untuk memastikan janin  masih hidup atau tidak. Berdasarkan pemeriksaan USG, Penanganan abortus imminens yang meliputi, istirahat tirah baring, anjuran untuk mengurangi aktifitas, dan pemeriksaan USG sudah sesuai dengan teori menurut Wiknjosastro (2002) yang menyatakan bahwa penanganan abortus imminens yaitu dengan istirahat tirah baring, anjuran mengurangi aktifitas dan pemeriksaan USG untuk memastikan janin masih hidup atau tidak. Hasil pemeriksaan USG menunjukkan janin tunggal, letak janin melintang, DJJ (+), Gerakan Janin  (+), insersi plasenta di corpus posterior uteri.
Penanganan lain pada Ny.P dengan abortus imminens yaitu melakukan observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital ibu. Observasi ini dilakukan saat jadwal pemeriksaan TTV di Puskesmas Sentolo I yang telah dilakaukan secara rutin baik pagi, siang maupun malam. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperoleh data perkembangan meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi dan keluhan ibu. Dengan demikian, baik dokter, bidan/perawat dapat memantau kondisi pasien, hal ini dapat dilihat dari hasil vital sign dan keluhan pasien. Jika pasien masih mengeluh flek-flek darah, tentu akan diberikan terapi obat yang sesuai. Langkah ini dimaksudkan bahwa pemantauan abortus imminens melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.  Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2007)  tentang penaganan abortus imminens bahwa pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan abortus imminens hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik. Sehingga pemeriksaan tanda tanda vital yang rutin sangat bermanfaat untuk mengetahui perkembangan pasien.
Perencanaan selanjutnya yaitu memotivasi cukup makan dan minum hal ini berfungsi untuk memenuhi nutrisi ibu hamil untuk memperoleh tenaga agar keadaan umum ibu semakin membaik. Kolabarosi dengan dokter dan memberikan terapi obat. Di Puskesmas Sentolo I, kolaborasi dengan dokter dilakukan dengan dokter umum, karena tidak tersedia dokter spesialis kandungan. Terapi obat yang di berikan yaitu Asam folat, Vit C pada saat pasien datang di rawat inap. Menurut analisis saya mengapa asam folat diberikan karena Asam folat adalah vitamin yang diperlukan untuk mencipatkan sel-sel baru dalam tubuh yang dibutuhkan untuk perkembangan bayi. Karena tubuh tidak menyimpan asam folat yang cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan tubuh. Sehingga perlu adanya asupan tambahan dari makanan atau suplemen. Sedangkan Vit C sangat berguna untuk membantu penyerapan Fe dalam makanan yang dimakan ibu hamil, sehingga diharapkan terjadinya perdarahan tidak membuat kadar hemoglobin ibu menurun dan terhindar dari anemia.
Pemberian terapi obat di atas, tidak sesuai dengan teori karena menurut teori yang penulis gunakan, bahwa penanganan abortus imminens diberikan obat terapi hormon, asam mefenamat, penenang penobarbital 3 x 30 gram valium, anti pendarahan (adona, transami),  Vit B Komplek, hormon progesteron, penguat plasenta (gestanom, dhopaston), anti kontraksi rahim: duadilan, papaverin. Menurut analisa penulis, mengapa tidak dilakukan pemberian terapi obat hormon dikarenakan tidak dilakukan pemeriksaan kadar hormon untuk mengetahui apakah pada Ny.P memiliki kadar hormon yang tidak sesuai. Sedangkan untuk pemberian obat seperti asam mefenamat, obat penenang Phenobarbital, vit B komplek, penguat plasenta, anti perdarahan, anti kontraksi rahim belum dibutuhkan.
Dalam memberikan asuhan kebidanan, hal yang tidak kalah pentingnya yaitu dokumentasi tindakan dan hasil tindakan hal ini berfungsi untuk memantau keadaan dan perkembangan pasien dan sebagai sarana evaluasi bagi tenaga kesehatan untuk menentukan tindakan medis selanjutnya.
BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Berdasarkan urain pembahasan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun dengan abortus imminens, dapat disimpulkan bahwa:
1.    Manajemen asuhan kebidanan yang diberikan di puskesmas sentolo telah dilakukan dengan baik dan tepat
2.    Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny. P telah sesuai dengan kebutuhan
3.    Adanya kesenjangan teori dan praktik dalam memberikan terapi obat yang diberikan oleh dokter dan tidak dilakukannya pemeriksaan geinekologik
B.  Saran
1.    Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan semakin meningkatkan wawasan dan keterampilannya dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens
2.    Bagi Instansi
Akademi Kebidanan Yogyakarta diharapkan semakin membekali mahasiswa untuk terjun di lahan praktek dengan pengetahuan yang memadai
3.    Bagi Puskesmas
Puskesmas Sentolo I diharapkan semakin meningkat pelayanan kesehatan di bidang KIA seperti dalam memberikan asuhan kebidananibu hamil dengan abortus imminens





DAFTAR PUSTAKA

Kusmiati,Yuni,dkk.2009.Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta:Fitramaya
Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Pusdiknakes Depkes RI, WHO, JHPIEGO. 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta, Pusdiknakes RI.
 Saifudin,Abdul Bari.2007.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:YBP SPWiknjosastro, Hanifa, 2002. IU. Jakarta : YBP – SP
Mocthar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC
       Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kelurga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Uliyah. 2006. Perubahan pada Masa Kehamilan. Fitramaya: Yogyakarta.
Wildan dan Hidayat. 2008. Dokumentasi kebidanan. Jakarta: Salemba medika.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar