Balai
Desa Sentolo, 8 Maret 2017
Fluktuasi
kasus DBD di Kecamatan Sentolo cenderung naik turun dan menunjukkan trend
siklus 6 tahunan. Di wilayah kerja Puskesmas Sentolo I sendiri, terjadi
peningkatan kasus yang cukup signifikan antara tahun 2015 dan 2016. Awal tahun
2015 terdapat 12 kasus sedangkan tahun 2016 sudah dibuka dengan 17 kasus DBD
dan 19 kasus DF. Total kasus pada tahun 2016 secara keseluruhan adalah 46 kasus
DBD dan 70 kasus DF.
Sepanjang
tahun 2016, di wilayah Puskesmas Sentolo I telah dilakukan kegiatan fogging
focus sebanyak 7 kali karena adanya indikasi penularan setempat. Namun, fogging
focus bukanlah kegiatan penanggulangan paling utama dan tidak efektif karena
hanya membunuh nyamuk dewasa pada satu siklus. Pencegahan dan penanggulangan
DBD yang paling efektif adalah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui
3M plus. Kementerian kesehatan telah menetapkan lima kegiatan pokok sebagai
kebijakan dalam pengendalian DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan mengobati
sesuai prosedur, memutuskan rantai penularan dengan pemberantasan vektor
(nyamuk dewasa dan jentiknya), kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD, pemberdayaan
masyarakat dalam PSN serta peningkatan profesionalisme pelaksana program.
Salah
satu upaya dalam meningkatkan kemitraan dan peran serta masyarakat dalam
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yaitu melalui advokasi kepada pemangku
kebijakan wilayah setempat. Kepala Puskesmas Sentolo I, dr. Susilo Pradyarto
didampingi oleh epidemiolog Tutik Inayah S, SKM bersama dengan Kasie P2PM Dinas
Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Wilis Prasetyo, SKM, MPH melakukan advokasi
kepada kepala pedukuhan se-Desa Sentolo pada hari Rabu, tanggal 8 Maret 2017
sebelum dilaksanakannya rakordes Sentolo.
Pada
kesempatan tersebut, Bapak Wilis Prasetyo menjelaskan bahwa tujuan
kedatangannya untuk berdiskusi bersama dalam menyikapi kasus DBD yang selalu
terjadi di desa Sentolo karena desa Sentolo mempunyai risiko yang sangat besar
terkena DBD. Desa Sentolo merupakan wilayah endemis DBD dimana kasus DBD selalu
terlaporkan setiap tahun. Hal yang perlu diperbaiki adalah angka bebas jentik
(ABJ) yang masih jauh dibawah target (target > 95%). Apabila ABJ mencapai
target bahkan dapat mencapai 100%, maka diharapkan tidak akan terjadi penularan setempat kasus DBD di desa Sentolo.
Selain itu, karena desa Sentolo merupakan wilayah perbatasan dengan Bantul dan
Kota Yogyakarta yang memiliki kasus lebih tinggi dari Kulon Progo maka
mobilisasi masyarakat Sentolo sangat tinggi. Mobilisasi yang tinggi ini
memungkinkan peningkatan kasus impor DBD. Apabila vektor DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti keberadaannya masih banyak
di desa Sentolo maka peluang terjadinya penularan setempat juga tinggi. Maka
satu-satunya cara memutus rantai penularan adalah dengan meniadakan vektor Aedes aegypti melalui pemberantasan
sarang nyamuk. Alasan mengapa PSN jauh lebih baik daripada fogging dapat
dijelaskan melalui diagram berikut ini.
Kemudian
Bapak Wilis Prasetyo melanjutkan penjelasan tentang upaya tindak lanjut
Puskesmas dalam rangka penanggulangan DBD di wilayah kerjanya. Urutan kegiatan
yang harus dilaksanakan yaitu mencari tahu kebenaran informasi yang diterima,
melakukan kegiatan penyelidikan epidemiologi, pemantauan jentik, penyuluhan,
pemberian abate, dan langkah terakhir apabila terjadi penularan setempat adalah
melakukan pengasapan.
Setelah
itu dilanjutkan dengan pemaparan dari dr. Susilo Pradyarto. Bapak Susilo
menjelaskan tentang keberhasilan penanggulangan DBD di dusun Dlaban dimana
salah satu caranya adalah melalui pelatihan kader juru pemantau jentik
(jumantik). Dalam rangka menuju “Sentolo Bebas DBD” maka pada tahun 2017 ini
telah dianggarkan pelatihan jumantik untuk 6 dusun yang lain di desa Sentolo
yaitu Siwalan, Kalibondol, Pongangan, Sentolo Lor, Sentolo Kidul, dan Jangkang
Kidul.
Telah
disepakati bahwa setiap dusun mengirimkan 40 orang perwakilan untuk menjadi
kader jumantik yang diutamakan anggota karang taruna dan bukan kader posyandu.
Setelah selesai pelatihan diharapkan peserta mampu menguasai seluruh program
kerja jumantik. Selain itu peserta juga akan mendapatkan sertifikat pelatihan
sebagai salah satu bukti bahwa kader jumantik telah lulus mengikuti pelatihan.
Pelatihan ini diselenggarakan atas dukungan Dana Bantuan Operasional Kesehatan
Puskesmas Sentolo I Tahun 2017. Sedangkan untuk keberlanjutan program jumantik,
operasional kader akan diserahkan kepada masyarakat secara swadana.
(Tutik
Inayah S, Surv & P2M Pusk Sentolo I)
(N.WS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar