MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA
IBU HAMIL
NY. UMUR G2P1AOAh1
DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI PUSKESMAS SENTOLO I
DISUSUN OLEH:
WAHYU WAHIDAH
WAHDANIYATI
120253
AKADEMI KEBIDANAN
YOGYAKARTA
2014
HALAMAN PERSETUJUAN
MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA
IBU HAMIL
NY. UMUR G2P1AOAh1
DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI PUSKESMAS SENTOLO I
Telah Memenuhi
Persyaratan dan Disetujui
Tanggal……………….2014
Disusun oleh:
WAHYU WAHIDAH
WAHDANIYATI
NIM 120253
Menyutujui dan
Mengesahkan
Kepala
Puskesmas Sentolo I
|
|
Pembimbing
Akademik
|
dr.
Sandrawati Said, M.Kes
|
|
Era
Revika, SST. M.Kes
|
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA
IBU HAMIL
NY. UMUR G2P1AOAh1
DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI PUSKESMAS SENTOLO I
Disusun oleh:
WAHYU WAHIDAH
WAHDANIYATI
NIM 120253
Telah diseminarkan didepan penguji
Pada tanggal ……….
Mengetahui
Penguji
I
|
|
Penguji
II
|
|
|
|
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji bagi Alloh
SWT, yang tiada tuhan selain diri-Nya yang menguasai alam semesta ini, dan
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dengan izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanaan Pada Ibu
Hamil Ny. P Umur 35 Tahun Dengan Abortus Imminens Di Puskesmas Sentolo 1” dapat
terselesaikan.
Penyusunan
makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bimbingan dan pengarahan dari semua
pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. dr. Sandrawati Said, M.Kes selaku
Kepala Puskesmas Sentolo I
2. dr.Andi
selaku pembimbing lahan
3. dr.
Arum Ermi Wijayanti selaku pembimbing lahan
4. Ibu
Dwi Martiningsih, Amd.Keb selaku pembimbing lahan
5. Ibu
Era Revika, SST. M.Kes selaku pembimbing akademik
6. Rekan-rekan
mahasiswa Akademi Kebidanan Yogyakarta
7. Semua
pihak yang telah member dukungan dan doa dalam kelancaran penyusunan makalah
ini.
Dengan
segala kerendahan hati penulisn menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan evaluasi demi
peningkatan makalah ini.
Kulon
Progo, Maret 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Kematian
maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya dinegara yang sedang
berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara
berkembang, sedangkan di negara maju hanya 1-2%. Sebenarnya sebagian besar
kematian tersebut masih adapt dicegah apabila mendapat pertolongan pertama yang
adekuat (Manuaba, 2007:6).
Sri
Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena tiga kasus
(kehamilan, persalinan, dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan melahirkan
akibat terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), partus lama
(5%) dan abortus (5%). Perdarahan yang banyak menyebabkan kematian ibu yang
sekarang banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010).
Di
dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal karena bortus tiap tahunnya. Angka kejadian
abortus di Asia Tenggra adalah 4,2 juta pertahun termasuk Indonesia, sedangkan
frekuensi abortus spontan di Indonesia adalah 10-15% dari 6 juta kehamilan
setiap tahunnya atau 600-900 ribu, sedangkan abortus buatan sekitar 750 ribu
1,5 juta setiap tahunnya, 2500 orang di antaranya berakhir dengan kematian
(Ulfah Ansor, 2006). Manuaba (2007), mengemukakan diperkirakan terjadi gugur
kandungan secara illegal pada kehamilan yang tidak di inginkan sebanyak 2,5-3
juta orang/tahun dengan kematian sekitar 125.000-130.000 orang/tahun di
Indonesia.
Abortus
dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor resikonya meliputi usia dan riwayat
baortus berulang (Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian abortus
berulang karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi
untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan
perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35
tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada kromosom
dan penyakit kronis (Manuaba, 1998).
Berdasarkan
latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. P Umur 35 Tahun G2p1a0ah1
Dengan Abortus Imminens Di Puskesmas Sentolo 1”.
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan
kebidanan pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1
dengan abortus imminens
2. Tujuan
khusus
a. Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun
G2P1A0Ah1 dengan abortus imminens
b. Menginterpretasikan
data dengan merumuskan diagnose kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada ibu
hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1
dengan abortus imminens
c. Mengidentifikasi
diagnosa potensial pada pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1
dengan abortus imminens
d. Mengidentifikasi
terhadap tindakan segera pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1
dengan abortus imminens
e. Melakukan
perencanaan asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan
yang dibuat pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1
dengan abortus imminens
f. Melakukan
pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1
dengan abortus imminens sesuai perencanaan secara efektif dana aman
g. Mengevaluasi
asuhan yang diberikan pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun G2P1A0Ah1
dengan abortus imminens
C. Manfaat
a. Bagi
mahasiswa
Mahasiswa dapat
menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam praktek di lahan serta
memperoleh pengalaman secara langsung dalam masalah memberikan asuhan kebidanan
pada ibu hamil dengan abortus imminens
b. Bagi
Institusi
Menambah pustaka
bagi kampus Akademi Kebidanan Yogyakarta mengenai asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan abortus imminens.
c. Bagi
Puskesmas Sentolo I
Mempertahankan dan
meningkatkan pelayanan KIA secara menyeluruh sehingga menjadi pelayanan
kesehatan primer bagi masyarakat yang semakin baik
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Abortus Imminens
1. Pengertian Abortus
Abortus
adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut. Berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan
Abortus
adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Berikut
ini macam macam abortus:
a. Berdasarkan kejadiannya
1) Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi secara
alamiah tanpa intervensi luar
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut (Saifuddin, 2002). Abortus spontan dibagi atas:
a) Abortus
imminens
Adalah abortus yang
mengancam, perdarahannya bisa berlanjut beberapa hari atau dapat berulang
(Kusmiyati, 2009). Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan dari rahim
sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu, dimana janin masih berada di dalam
rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher rahim. Apabila janin masih hidup
maka kehamilan dapat dipertahankan, akan tetapi apabila janin mengalami
kematian, maka dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dapat
dilakukan dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk melihat gerakan dan
denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan melalui alat
Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 – 16 minggu.
Abortus imminens adalah terjadi perdarahan bercak yang
menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini,
kehamilan masih mungkin berlanjut dan dipertahankan (Wiknjosastro dkk, 2002 :
147). Abortus imminens adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan
untuk mempertahankannya (FK-UNPAD, 1984 : 8)
b)
Abortus
insipiens
Adalah terjadinya perdarahan ringan atau sedang pada
kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih
berada dalam kavum uteri (Saifuddin,
2002).
c) Abortus inkomplit
Adalah abortus yang terjadi sebelum usiagestasi 10 minggu, janin danplasenta biasanya
keluar, tetapi dalam waktu yang terpisah (Cunningham, 2005).
d) Abortus komplit
Adalah terjadinya perdarahan sampai
semua produk pembuahan ataujanin, selaput
ketuban dan plasenta sudah
keluar (Helen Farrer, 1999).
e) Abortus habitualis
Adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut atau
lebih (Kusmiyati, 2009).
f) Abortus infeksio
Adalah abortus yang disertai komplikasi
infeksi. Adanya penyebaran kuman atau toksin ke dalam sirkulasi dan kavum
peritoneum dapat menimbulkan septicemia, sepsis atau peritonitis (Saifuddin,
2002).
g) Abortus septic
adalah abortus yang disertai infeksi
berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum (Saifuddin, 2002).
h) Missed abortion
Missed
abortion terjadi jika sesudah mengalami abortus imminens,perdarahan pervaginam berhenti namun
produk pembuahan meninggal dan tetap berada dalam rahim (Helen Farrer, 1999).
2) Abortus buatan
Adalah abortus yang terjadi akibat
intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan
(Kusmiyati, 2009).
b. Berdasarkan
pelaksanaannya
1) Abortus medisinalis (abortus therapeutik)
Abortus yang dilakukan atas dasar indikasi
vital ibu hamil, jika diteruskan kehamilannya , akan lebih membahayakan jiwa
ibu sehingga terpaksa dilakukanabortus spontan
(Manuaba, 2007).
2) Abortus kriminalis
Abortus yang dilakukan pada kehamilan yang
tidak diinginkan, diantaranya akibat perbuatan yang tidak bertanggung jawab.
Sebagian besar dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih sehingga dapat
menimbulkan komplikasi (Manuaba, 2007).
2.
Etiologi
Insiden,
15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis, mungkin mendekati
50% dari semua konsepsi. (Graber, 2006:368) Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor.
Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.
Faktor-faktor
yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:
a.
Faktor Janin
Kelainan
yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan
perkembangan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya
menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:
1)
Kelainan telur,
telur kosong (blighted ovum),
kerusakan embrio, atau kerusakan kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi)
2)
Embrio
dengan kelainan lokal
3)
Abnormalitas
pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)
(Cunningham, 2005:952)
Produk
konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus spontan. Paling
sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan sebagian
besar akan gugur. (Benson, 2008:297).
b. Faktor Maternal
1) Infeksi
Infeksi
maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang sedang berkembang ,
terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Tidak
diketauhi penyebab kematian janin secara pasti, apakah janin yang menjadi
terinfeksi ataukah toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme
penyebabnya.Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus.
2) Virus
Misalnya
rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia,
campak, hepatitis, polio dan ensefalomeilitis.
3) Bakteri- misalnya Salmonella typi.
4) Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
5) Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
6) Penyakit endrokin
Abortus
spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau pada
penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
7)
Faktor Imunologis
Ketidakcocokan
(Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)
8)
Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera
setelah trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:
a.
Pengangkatan
Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum sebelum minggu ke-8
b.
Pembedahan
intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil
9)
Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks inkompeten atau retroflexio uteri gravidi
incarcerata.
10)
Faktor psikosomatik
pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
(Benson,
2008:298)
c. Faktor Eksternal
1)
Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama
dapat merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
2)
Obat-obatan
3)
Antagonis asam
folat,
antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan
16 minggu, kecuali telah di buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan
janin
atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.
4)
Bahan-bahan kimia
lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.
(Wiknjosastro, 2007:303)
d.
Faktor Resiko
1)
Usia
Usia
dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun
merupakan usia resiko untuk hamil dan melahirkan (Mulyati, 2003). Menurut
Manuaba (1998) kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran
dapat terjadi pada usia yang masih muda, karena pada saat remaja alat
reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil.
2)
Paritas ibu
Semakin
banyaknya jumlah kelahiran yang dialami seorang ibu semakin tinggi resikonya
untuk mengalami komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas (Mulyati, 2003).
Sejalan dengan pendapat Cuningham (2005) bahwa resiko abortus spontan semakin
meningkat dengan bertambahnya paritas.
3)
Riwayat abortus
sebelumnya
Setelah
satu kali abortus spontan, memiliki resiko 15% untuk mengalami keguguran lagi,
sedangkan bila pernah 2 kali, resiko meningkatnya 25%. Beberapa studi
meramalkan resiko setelah 3 abortus berurutan 30-45% (Prawirohardjo, 2008).
4)
Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan
antenatal yang baik adalah minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada
trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga. Keuntungan yang diperoleh
dengan melakukan pemeriksaan antental dengan baik adalah kelainan yang mungkin
ada atau timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui dan segera dapat di
atasi sebelum berpengaruh tidak baik pad kehamilan (Prawirohardjo, 2008).
5)
Pendidikan
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Saifudin (2002) bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan makin rendah kejadian abortus. Angka kejadian tertinggi yaitu pada
golongan berpendidikan 10-12 tahun (SMA). Secara teoritis diharapkan wanita
ynag berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri
dan keluarganya.
6)
Merokok
Merokok
dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus. Bagi wanita yang merokok
lebih dari 14 batang per hari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat
dibandingkan kontrol normal (Cuningham dkk, 2005)
7)
Alkohol
Abortus
spontan dan anomaly janin dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alcohol
selama 8 minggu pertama kehamilan. Angka abortus meningkat dua kali lipat pada
wanita yang minum 2 kali setiap minggu, dan tiga kali pada wanita yang
mengkonsumsi alcohol (Cuningham dkk, 2005)
3.
Patofisiologis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis,
diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi
terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum
menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya karena vili koriales belum menembus
desidua secara mendalam. Pada kehamilan
8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan (Wiknjosastro,
2007:303-305). Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya
selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis
atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan
perdarahan pervaginam yang banyak. (Widjanarko, 2009).
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan
terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes
ovum), janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus (Wiknjosastro,
2007:303-305). Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya
plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam
uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan
pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa
nyeri lebih menonjol (Widjanarko, 2009).
4.
Gejala Klinis
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang
dari 20 minggu
b. Terdapat perdarahan, disertai perut
sakit.
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya
rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim.
d. Hasil pemeriksaan dalam terdapat
perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis servikalis masih tertutup, dapat
dirasakan kontrasi otot rahim.
e. Hasil pemeriksaan tes hamil masih
positif
5.
Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil USG menunjukkan:
1)
Buah kehamilan masih utuh, ada tanda kehidupan janin.
2)
Meragukan
3)
Buah kehamilan tidak baik, janin mati.
(Kusmiyati, 2009:150)
4)
Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif
bila janin sudah mati
5)
pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
6)
pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion
b. Data laboratorium:
1)
Tes urine
2)
hemoglobin dan hematokrit
3)
menghitung trombosit
4)
kultur darah dan urine
e.
Pemeriksaan ginekologi :
1)
Inspeksi Vulva: perdarahan pervaginam ada atau tidak
jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
2)
Inspekulo: perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri
terbuka atau sudahtertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada
atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3)
Colok vagina: porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih
kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri. (Ratihrochmat,
2009)
6. Komplikasi
a.
Perdarahan
b.
Perforasi
c.
Infeksi
d.
Syok
1)
Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
2)
Infeksi berat atau sepsis disebut syok septic atau
endoseptik
(Wiknjosastro,
2007:311-312)
7.
Diagnosa
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada
wanita hamil terjadi melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit
atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuannya kehamilan, serviks
belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat
terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak
terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan vili koriales ke dalam
desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasannya sedikit,
warnanya merah, dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules. (Wiknjosastro,
2007:305).
8.
Penanganan
a. Istirahat–baring, tidur berbaring
merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
b. Anjuran untuk tidak melakukan
aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual.
c. Pemeriksaan USG penting dilakukan
untuk menentukan apakah janin masih hidup.
(Wiknjosastro dkk, 2002 : 305)
d.
Pada fasilitas
kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya
dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
(Saifuddin,
2007:149)
e.
Terapi defesiensi
hormon pada abortus imminens
Jenis hormon
|
Dosis awal
|
Dosis
pemeliharaan
|
Ditrogesteron
|
40
mg per oral
|
10
mg setiap 8 jam
|
Alilesterenol
|
20
mg per oral
|
5
mg setiap 8 jam
|
Hidroksiprogesteron
kaproag
|
500 mg
intramuskuler
|
250
mg setiap 12 jam, bila ada perbaikan,
lanjutkan dengan 250 mg perhari hingga 7 hari setelah perdarah berhenti.
|
f.
Asam
mefenamat
Digunakan
sebagai anti prostaglandin dan penghilang nyeri tetapi efektifitasnya dalam mengatasi ancaman
abortus, belum dapat dikatakan memuaskan.
g.
Penenang
penobarbital 3 x
30 gram valium
h.
Anti pendarahan:
Adona , Transami
i.
Vit B Komplek
j.
Hormon progesteron
k.
Penguat plasenta:
gestanom, dhopaston
l.
Anti kontraksi
Rahim:
Duadilan, papaverin
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
1.
Manajemen kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau manejemen kebidanan
adalah suatu metode berfikir dan bertindak tepat secara logis tentang asuhan
yang diberikan. Dalam prakteknya bidan harus berfikir kritis, tidak pragmatis
untuk menjamin keamanan dan kepuasan klien sebagai hasil (Pusdiknakes, 2003).
Asuhan kebidanan dengan abortus
iminens ini merupakan manajemen kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang
dikembangkan oleh Varney dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2.
Langkah-langkah
asuhan kebidanan menurut Varney (1997)
Konsep tujuh langkah manajemen kebidanan menurut
Varney (1997), yaitu:
a. Pengkajian
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008)pengkajian merupakan suatu langkah
awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini
semua data dasar dan informasi yang akurat dan lengkap tentang klien
dikumpulkan dan dianalisis unuk mengevaluasi keadaan klien, maka pada
pengkajian difokuskan pada:
Data Subyektif
1)
Identitas Pasien
Nama : Dikaji
dengan tujuan agar dapat mengenal/memanggil penderita dan tidak keliru
dengan penderita lain (Ibrahim, 1996).
Umur :
Dikaji untuk mengetahui usia aman untukkehamilan dan persalinan adalah 20-30
tahun (Prawirohardjo, 2002).
Agama : Dikaji
untuk menuntun kesuatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan pasien,
tradisi keagamaan dalam kehamilan dan persalinan (Ibrahim, 1996).
Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari (Ibrahim, 1996).
Pendidikan : Berpengaruh pada tingkat
penerimaan pasien terhadap konseling yang diberikan serta tingkat kemampuan
pengetahuan ibu terhadap keadaannya (Wildan dan Hidayat, 2008).
Pekerjaan : Berkaitan
dengan keadaan pasien maka pekerjaan perlu dikaji apakah keadaan terlalu berat sehingga
dapat meningkatkan risiko terjadinya keadaan yang lebih parah (Wildan dan
Hidayat, 2008).
Alamat :
Dikaji untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila mengadakan
kunjungan pada pasien (Ibrahim, 1996).
2)
Keluhan utama
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) keluhan utama berkaitan dengan
kejadian yang dirasakan pasien, dalam kasus abortus iminens pasien akan mengeluh keluar
darah sedikit ataupun banyak dari jalan lahir serta merasakan mules pada perut
bagian bawah.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat kesehatan yang lalu
ditunjukkan pada pengkajian penyakit yang diderita pasien yang dapat
menyebabkan terjadinya keadaan yang sekarang. Perlu dikaji juga ibu mempunyai
penyakit jantung, asma, hipertensi, DM, karena jika penyakit-penyaki tersebut
sudah ada sebelum ibu hamil maka akan diperberat dengan adanya kehamilan, dapat
berisiko pada waktu persalinan.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat kesehatan ini dikaji
untuk mengetahui adakah penyakit yang diderita pasien seperti: penyakit
jantung, asma, hipertensi dan DM.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat kesehatan ini
dikaji untuk mengetahui apakah ada riwayat kembar pada keluarga, selain itu
juga dikaji adakah riwayat kecacatan pada keluarga.
4) Riwayat Obstetri
a) Riwayat menstruasi
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) riwayat menstruasi dikaji untuk
mengetahui usia kandungan apakah sudah aterm atau belum, melalui HPHT (hari
pertama haid terakhir) karena bila dijumpai ibu bersalin dengan preterm,
(<37minggu) merupakan kontraindikasi dilakukannya indikasi persalinan,
selain itu untuk mengetahui apakah ibu ada riwayat keputihan, karena jika ada
keputihan yang sifatnya patologis, maka ada kemungkinan terjadi infeksi.
b) Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Muslihatun Wildan dan Hidayat, (2008) perlu dikaji untuk
menyatakan tentang keadaan kehamilan ibu yang sekarang ini.
5) Pola pemenuhankebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Menggambarkan tentang kebutuhan nutrisi ibu selama hamil, apakah
sudah sesuai dengan gizi seimbang untuk ibu hamil (Wildan dan Hidayat, 2008).
b) Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kebiasaan BAB (frekuensi, jumlah,
konsistensi, bau) dan kebiasaan BAK (warna, frekuensi, jumlahdan terakhir kali
ibu BAB atau BAK), karena jika ibu mengalami kesulitan BAB maka kemungkinan ibu
sering mengejan sehingga uterus berkontraksi (Wildan dan Hidayat, 2008).
c) Pola istirahat
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam ibu tidur
siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena berpengaruh terhadap kesehatan
fisik ibu (Wildan dan Hidayat, 2008).
d) Personal hygiene
Menggambarkan pola hygiene pasien
misalnya: berapa kali ganti pakaian dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari dan
keramas dalam satu minggu. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien
menjaga kebersihan dirinya (Wildan dan Hidayat, 2008).
e) Pola seksual
Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan seksual
dengan suami karena prostaglandin yang terkandung dalam sperma dapat merangsang
terjadinya kontraksi (Wildan dan Hidayat, 2008).
f) Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat,
sehingga dapat mempengaruhi kehamilan (Wildan dan Hidayat, 2008).
g) Psikososiospiritual
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon, tanggapan,
dukungan yang diberikan suami dan keluarga, serta kecemasan pasien dan keluarga
dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam proses persalinan (Wildan dan
Hidayat, 2008). Dalam kasus abortus iminens pasien
biasanya mengatakan takut dan cemas akan kehilangan bayinya.
Data
Obyektif
1) Keadaan umum dilakukan
untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi yang ditandai dengan suhu
meningkat, nadi meningkat, untuk mendukung kondisi selama hamil berjalan baik,
maka keadaan umum pasien dan tanda-tanda fisik hendaknya tidak ada masalah
(Wildan dan Hidayat, 2008).
2) Pemeriksaan tanda vital
a) Tekanan darah
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tekanan sistolik dan
tekanan diastolik darah. Dengan pemeriksaan ini kita bisa menilai adanya
kelainan pada sistem kardiovaskuler. Tekanan darah normal pada orang dewasa
yaitu tekanan sistolik kurang dari 130 Mmhg dan tekanan diastolik kurang dari
80 mmhg (Uliyah, 2006).
b) Pemeriksaan nadi
Pemerikasaan ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan irama
detak jantung. Frekuensi nadi normal pada orang dewasa 60-90 kali permenit
(Uliyah, 2006).
c) Pemeriksaan pernafasan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi pernafasan, irama,
kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan. Frekuensi pernafasan normal orang
dewasa yaitu sekitar 16-20 kali permenit (Uliyah, 2006).
d) Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan suhu tubuh ibu,sehingga
bisa digunakan untuk mendeteksi dini suatu penyakit. Pemeriksaan ini bisa
dilakukan melalui oral, rektal, dan aksila. Suhu tubuh normal pada orang dewasa
yaitu 36-37 0C (Uliyah, 2006).
3) Antropometri
a) Berat Badan
Dikaji untuk menentukan pertambahan berat badan total atau untuk
membantu mengevaluasi keparahan edema yang disertai preeklamsi (Varney, 1997).
b) Tinggi badan
Dikaji karena pada ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 140
cm, dicurigai adanya disproporsi sefalo pelvik (Mansjoer, 1999).
c) LILA
Untuk mengetahui berapa lingkar lengan atas ibu, karena bila kurang
dari 23,5 cm ibu menderita KEK ( Kekurangan Energi Protein).
4) Pemeriksaan fisik pasien
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada
organ tubuh pasien (Wildan dan Hidayat, 2008).
a)
Kepala : untuk mengetahui bentuk kepala,
kulit kepala dan kebersihan rambut (Prihardjo, 2007).
b)
Muka : untuk mengetahui pucat
karena anemia (Prihardjo, 2007).
c) Mata
: dilihat dari konjungtiva pucat atau tidak, bila ditemukan pucat berarti
mengarah pada anemia, sklera kuning atau tidak bila kuning mengarah pada
hepatitis (Saifudin, 2002).
d)
Hidung : untuk mengetahui kebersihan hidung dan
ada kelainan pada hidung atau tidak (Prihardjo, 2007).
e)
Telinga : untuk mengetahui kebersihan telinga
(Prihardjo, 2007).
f)
Mulut : untuk mengetahui apakah ada
kelainan pada bibir, lidah dan gigi (Prihardjo, 2007).
g) Leher :
untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar (Liewellyn, 2001).
h) Dada :
untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada pernafasan normal atau tidak
(Prihardjo, 2007).
i)
Abdomen : untuk mengetahui ada
tidaknya luka bekas operasi, tumor, linea nigra, dan strie gravidarum. Pada
kasus abortus iminens akan
dikaji ada tidaknya nyeri perut bagian bawah dan nyeri tekan, (Liewellyn,
2001).
j) Genetalia : Untuk mengetahui varises, tumor,
tanda-tanda infeksi atau penyakit menular seksual, jumlah perdarahan dan warna
perdarahan (Liewellyn, 2001).
k) Anus : Untuk mengetahui adanya haemoroid atau
tidak (Liewellyn, 2001).
l) Ekstremitas: Pemeriksaan
ekstremitas harus mencakup pengkajian reflek tendon dalam, pemeriksaan adanya
edema tungkai dan vena verikosa dan pemeriksaan ukuran tangan dan kaki bentuk
serta letak jari tangan dan jari kaki, kelainan menunjukkan gangguan genetik
(Wheeler, 2004)
5) Pemeriksaan
Obstetri
a) Inspeksi
Pada abdomen adakah bekas operasi SC, pembesaran uterus, apakah ada
ketegangan perut karena kehamilan, pada genetalia dikaji jumlah perdarahan dan
warna perdarahanyang keluar (Wildan dan Hidayat, 2008).
b) Palpasi
Apabila dari hasil palpasi ditemukan mal persentasi serta gemeli,
tinggi fundus uteri. Pada kasus abortus iminens belum dilakukan palpasi karana umur kehamilan
masih muda (Wildan dan Hidayat, 2008).
c) Auskultasi
Untuk mengetahui apakah DJJ < 120 atau > 160 kali permenit
berarti kemungkinan terjadi gawat janin sampai dapat menyebabkan kematian janin,
dalam kasus abortus iminens belum
dilakukan auskultasi (Wildan dan Hidayat, 2008).
6)
Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan pada kasus abortus iminens untuk
mengetahui apakah kehamilan dapat berjalan normal apa tidak,
seperti:pemeriksaan laboratorium, USG, periksa panggul luar, pemeriksaan
panggul dalam, PP test, hasil pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
(Wildan dan Hidayat, 2008).
b. Interpretasi
Data
Diagnosa: dengan melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah
atau diagnosa berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Diagnosa masalah dan kebutuhan ibu hamildengan abortusiminenstergantung dengan pengkajian terhadap pasien
tersebut (Wildan dan Hidayat, 2008).
Intepretasi Data
1)
Diagnosa Kebidanan
Seorang ibu G..P..Ab..umur… tahun hamil … minggu, dengan
abortus iminens.
DS :
a)
Pernyataan dari ibu ini
kehamilan yang keberapa
b)
Pernyataan dari ibu mengenai
umur ibu
c)
Pernyataan dari ibu apakah ibu
pernah keguguran atau tidak
d)
Pernyataan dari ibu mengenai
HPHT
e)
Pernyataan dari ibu mengenai
ada tidaknya nyeri pada perut bagian bawah
DO :
a)
Ekspresi wajah
b)
Keadaan umum
c)
kesadaran
d)
Berat badan sebelum hamil
e)
Berat badan sekarang
f)
Tinggi badan
g)
LILA
h)
Vital sign : tekanan darah,
suhu, nadi, respirasi
i)
TFU
j)
Hb
k)
PP test positif (+)
l)
Hasil pemeriksaan dalam (vaginal toucher): mengkaji vagina terdapat fleks atau tidak, porsio tertutup atau terbuka, terdapat nyeri
tekan atau tidak, digoyangkan terasa nyeri atau tidak.Adnexa
parametrium kanan dan kiri
terasa nyeri atau tidak, cavum douglas menonjol atau tidak.
m) Diagnosa Masalah
Permasalahan yang muncul pada abortus iminens yaitu adanya perasaan cemas.
n)
Diagnosa Kebutuhan
KIE cara mengurangi rasa nyeri dan
relaksasi
Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
Monitor tanda-tanda vital
c.Diagnosa Potensial
Diagnosa atau masalah potensial diidentifikasi berdasarkan diagnosis
atau masalah yang telah teridentifikasi. Langkah ini penting dalam melakukan
asuhan yang aman, diagnosa potensial pada kasus abortus iminens yaitu dapat terjadinya abortus insipiens (Wildan
dan Hidayat, 2008).
d.Antisipasi
Tindakan Segera
Antisipasi tindakan segera dibuat berdasarkan hasil identifikasi
pada diagnosa potensial. Langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi dan
menetapkan penanganan segera untuk mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap
kemungkinan yang terjadi. Antisipasi tindakan segera dalam kasus abortus iminens yaitu: Bed rest total dan segera kolaborasi dengan
dokter Obsgyn,
(Wildan dan Hidayat, 2008).
c.Perencanaan
Menurut Wildan dan Hidayat, (2008) langkah ini direncanakan asuhan
menyeluruh yang ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Langkah
ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya
meliputi yang sudah teridentifikasi atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi
juga dapat dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut apa yang
akan terjadi berikutnya, apakah dia membutuhkan penyuluhan, konseling, atau
rujukan bila ada masalah yang berkaitan dengan aspek sosial-kultural, ekonomi
atau psikologi. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak
sehingga asuhan yang diberikan dapat efektif, karena sebagian dari asuhan akan
dilaksanakan pasien. Perencanaan yang harus dipikirkan pada kasus abortus iminens adalah:
1)
Beri ibu dukungan psikologis
dan libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
2)
Observasi keadaan umum dan
tanda vital ibu
3)
Kaji perdarahan pasien tiap jam
4)
Anjurkan bed rest total
5)
Kolaborasi dengan dokter Obsgyn untuk
memberikan terapi obat untuk mengurangi keluhan pasian
6)
Anjurkan ibu untuk mengurangi
aktivitas yang berat dan tidak melakukan coitus selama
satu bulan setelah perdarahan berhenti
7)
Anjurkan ibu untuk kontrol
ulang apabila perdarahan tidak berhenti dalam 2 hari atau bertambah banyak
e.Pelaksanaan
Menurut Wildan dan Hidayat (2008), melaksanakan asuhan menyeluruh
yang telah direncanakan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini
sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas
lainnya. Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia
tetap memiliki tanggug jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya
memantau rencananya benar-benar terlaksana). Pelaksanaan pada kasus abortus
iminens adalah:
1)
Memberi ibu dukungan psikologis
Menjelaskan bahwa ibu bisa melewati masalah ini dengan baik,
memberikan support kepada ibu, dan mendampingi ibu selama ibu dalam pemantauan,
serta menghadirkan keluarga yang paling dekat dengan ibu.
2)
Mengobservasi keadaan umum dan
tanda vital ibu setiap 1 jam
Mengkaji perdarahan pasien tiap jam, catat warna perdarahan, jumlah
pembalut yang digunakan selama ibu berada di tempat pelayanan.
3)
Menganjurkan ibu bed rest total
atau istirahat rebah baik di tempat pelayanan maupun di rumah selama 48 jam,
apabila kehamilan masih dapat dipertahankan perdarahan dalam waktu 48 jam akan
berhenti.
4)
Melakukan kolaborasi dengan
dokter untuk memberikan terapi obat untuk mengurangi keluhan pasian yaitu:
Penenang penobarbital 3 × 30 ml gram, valium
Anti pendarahan : Adona, Transamin
Vitamin B komplek
Hormonal : Progesteron 10 mg sehari untuk terapi subsitusi dan untuk
mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misalnya: Gestanon, Dhupaston).
Anti kontraksi rahim : Duvadilan, Papaverin
5)
Menganjurkan ibu untuk
mengurangi aktivitas yang dapat memperberat keadaan seperti: angkat junjung
berat, bekerja terlalu keras dan hindari stres serta tidak melakukan coitus selama satu bulan setelah perdarahan
berhenti.
6)
Menganjurkan ibu untuk kontrol
ulang apabila perdarahan tidak berhenti dalam 2 hari atau bertambah banyak.
b. Evaluasi
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan,
apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam
diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap
efektif apabila ibu mengalami perkembangan yang lebih baik. Ada kemungkinan
bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin sebagian
belum efektif. Karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang
berkesinabungan maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan belum
efektif. Langkah-langkah proses manajemen umunya merupakan pengkajian yang
memperjelas proses berfikir yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada
proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi
klinik (Wildan dan Hidayat, 2008).
Dengan melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnosa berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Diagnosa masalah dan kebutuhan ibu hamildengan abortusiminenstergantung dengan pengkajian terhadap pasien
tersebut (Wildan dan Hidayat, 2008).
BAB
III
TINJAUAN
KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI
NY
P UMUR 35 TAHUN G2P1A0Ah1 HAMIL 11
MINGGU 3 HARI
DENGAN
ABORTUS IMMINENS
DI
PUSKESMAS SENTOLO 1
No RM : 00 03 47
Tanggal masuk: 21 Maret 2014
Pukul : 23.00 WIB
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama
|
: Ny. P
|
Tn. B
|
Umur
|
: 35 tahun
|
37 Tahun
|
Agama
|
: Islam
|
Islam
|
Pendidikan
|
: SMA
|
SMA
|
Pekerjaan
|
: IRT
|
Swasta
|
Suku/bangsa
|
: Jawa/Indonesia
|
Jawa/Indonesia
|
Alamat
|
: Gedangan, Sentolo
|
|
|
|
1. Anamnesa
a.
Keluhan Utama
Ibu menyatakan mengeluarkan
flek-flek mulai jam 23.00 kemudian keluar darah segar dan merasakan mules
b.
Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini perkawinannya
yang pertama, menikah sejak umur 26 tahun, lama pernikahan 9 tahun, status sah
secara agama dan negara
c.
Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan menarche sejak umur
13 tahun, lama menstruasi 5-6 hari, siklus 28 hari teratur, ganti pemballut
2-3x/hari, tidak ada keputihan, tidak ada nyeri saat menstruasi.
HPHT= 31-12-2013 HPL=8-10-2014
Umur kehamilan= Januari : 4 minggu 3
hari
Februari :4 minggu
21
Maret : 3 minggu
11 minggu 3 hari
d.
Riwayat Obstetri
No
|
Tahun
|
Penolong persalinan
|
Jenis persalinan
|
Tempat
|
H/M
|
JK
|
BB
Lahir
|
Komplikasi
|
ket
|
1
|
2007
|
Bidan
|
Spontan
|
BPS
|
H
|
Laki-laki
|
2900 gram
|
Tidak ada
|
-
|
2
|
2014
|
Hamil ini
|
|
|
|
|
|
|
|
e.
Riwayat kontrasepsi
No
|
PASANG
|
LEPAS
|
|||||
Metode
|
Tahun
|
Petugas
|
Tempat
|
Tahun
|
Petugas
|
Tempat
|
|
1
|
Suntik
|
2005
|
Bidan
|
BPS
|
2006
|
|
|
2
|
Suntik
|
2008
|
Bidan
|
BPS
|
2013
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
f.
Riwayat kesehatan
1)
Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM,
asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
2)
Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini sedang tidak
menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, penyakit menurun seperti DM,
asma, dan penyakit kronis seperti jantung.
3)
Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga
ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, penyakit menurun seperti DM, asma, dan penyakit kronis seperti
jantung.
g.
Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ANC pertamakali di
puskesma Sentolo 1 sejak umur kehamilan 4 minggu
Gerakan janin pertama kali belum
dirasakan
Gerakan janin dalam sehari belum
Frekuensi ANC: TM I= 2X TM2= belum TM3= belum
Pendidikan kesehatan yang diperoleh
Trimester
|
Keluhan
|
Pendidikan kesehatan
|
I
|
Mual muntah
|
KIE mual muntah, Nutrisi ibu
hamil, dan pentingnya ANC
|
II
|
-
|
-
|
III
|
-
|
-
|
Permasalahan atau keluhan saat hamil
Trimester
|
Keluhan
|
Tindakan/terapi
|
I
|
Mual muntah
|
Asam folat, Vit C
|
II
|
-
|
-
|
III
|
-
|
-
|
h.
Pola kebutuhan sehari hari
1)
Nutrisi
Makan : 3x/hari porsi satu
piring
Jenis : Nasi, sayur, lauk
Keluhan :
Tidak ada
Minum : 7-8 gelas/hari
Jenis : Air putih, Susu
Keluhan : Tidak ada
2)
Eliminasi
BAB :
1-2x/hari, warna kuning kecoklatan,bau khas feces, konsistensi padat
Keluhan : tidak ada
BAK :
4-5x/hari
Keluhan: tidak ada
3)
Aktivitas
Ibu mengatakan sebagai ibu rumah
tangga aktivitas sehari harinya yaitu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
menyapu, memamsak, mencuci, merawat anak dan lain lain.
4)
Istirahat
Siang : 1 jam
Malam : 6-7 jam
Keluhan: Tidak ada
5)
Pola seksual
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
dalam hubungan seksual
6)
Personal hygiene
Mandi : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Keramas :3x/minggu
Ganti baju :2x/hari
Potong kuku :1x/minggu
7)
Data psikososial
Ibu mengatakan ibu dan keluarga
sangat senang dengan kehamilan ini
Ibu mengatakan dalam mengambil
keputusan secara bermusyawarah
Pengetahuan ibu tentang kehamilan
masih kurang tentang abortus imminens
Ibu mengatakan tidak memiliki hewan
peliharaan
Ibu mengatakan tinggal bersama suami
dan anaknya
Ibu mengatakan belum merencanakan
tempat persalinan
B. Data Objektif
1. Pemerisaan umum
KU : Sedang
Kesadaran:
Composmentis
Vital
Sign : TD: 110/70 N:80X/menit S:36,2OC R: 20X/menit
BB : 45,5 kg
TB : 158
LILA : 24 cm
2.Pemeriksaan fisik
Kepala
|
Mesochepal, tidak ada masa/benjolan, kulit kepala, bersih
|
|
Muka
|
Tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada oedem
|
|
Mata
|
Konjungtiva merah muda, sclera
putih
|
|
Hidung
|
Tidak ada polip, tidak ada secret,
bersih
|
|
Mulut
|
Tidak ada stomatitis, tidak ada
caries gigi, bersih
|
|
Telinga
|
Simetris, tidak ada serumen,
bersih
|
|
Leher
|
Tidak ada masa/ benjolan, tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid, vena jugularis
|
|
Dada
|
Simetris, tidak ada retraksi
dinding dada, tidak ada wheezing
|
|
Payudara
|
Tidak
ada masa/benjolan, areola hiperpigmentasi, putting susu menonjol
|
|
Abdomen
|
Tidak
ada striae gravidarum, tidak ada luka bekas operasi
|
|
Genetalia
|
Keluar
flek flek
|
|
Ekstremitas
|
(atas
dan bawah) simetris, tidak ada oedem, reflek patella (+)
|
|
3.Pemeriksaan penunjang
PP test (+)
Hb= 10,8 gr%
HbsAg (-)
Protein urin (-)
II. INTERPRETASI DATA
A.
Diagnosa Kebidanan
Ny. P umur 35 tahun GP1A0Ah1
HAMIL 11+3 minggu dengan abortus imminens
Data dasar
DS:
-Ibu mengatakan keluar flek-flek
sekitar jam 23.00
-Ibu mengatakan cemas dan takut
setelah flek-flek kemudian keluar darah merah segar disertai mules pada perut
-Ibu mengatakan ini kehamilannya
yang ke 2
DO:
KU : Sedang
Kesadaran: Composmentis
Vital Sign : TD: 110/70
N:80X/menit S:36,2OC
R: 20X/menit
BB : 45,5 kg
TB : 158
LILA : 24 cm
Pemeriksaan fisik
Muka
|
Tidak pucat, tidak oedem
|
Mata
|
Konjungtiva merah muda, sclera
putih
|
Payudara
|
Tidak ada masa/ benjolan, putting
menonjol dan mengalami hiperpigmentasi
|
Abdomen
|
Tidak ada striae gravidarum, tidak
ada luka bekas operasi
|
Genetalia
|
Keluar flek flek
|
Ekstremitas
|
(atas dan bawah) simetris, tidak
ada oedem, reflek patella (+)
|
B.
Masalah
Ibu merasa cemas dan takut setelah
flek-flek kemudian keluar darah merah segar
C.
Kebutuhan
Memberikan dukungan psikologis
kepada ibu
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Abortus insipiens, abortus inkomplit, abortus
komplit
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
Rawat inap dan bed rest total
V. PERENCANAAN
1.
Beri tahu ibu hasil pemeriksaan
dan beri dukungan psikologis pada ibu
2.
Jelaskan pada ibu bahwa ibu
perlu di rawat inap di puskesmas
3.
Jelaskan kepada ibu pentingnya
bed rest total dan mengurangi aktivitas
4.
Observasi keadaan umum dan
tanda vital ibu
5.
motivasi cukup makan dan minum
6.
Kolaborasi dengan dokter dan
beri terapi obat
7.
Kolaborasi dengan dokter untuk
melakukan pemeriksaan USG
8.
Dokumentasikan
VI. PELAKSANAAN
1.
Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu mengalami
abortus imminens atau ancaman keguguran. Namun ibu tidak perlu khawatir dan
cemas, karena janin masih bisa dipertahankan.
2.
Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu perlu rawat inap di
puskesmas agar keadaan ibu bisa terpantau dengan baik oleh dokter
3.
Menjelaskan kepada ibu pentingnya bed rest total/tirah
baring di tempat tidur serta mengurangi aktivitas baik itu duduk, pergi ke
kamar mandi maupun aktivitas lainnya, menganjurkan ibu agar tetap berbaring di
tempat tidur.
4.
Mengobservasi keadaan umu dan tanda vital ibu dengan
melakukan pemeriksaan TTV meliputi TD: 110/70 N: 80x/menit S: 36,5OC
R: 22X/menit, dan menanyakan keluhan ibu: Ibu mengatakan masih flek flek namun
sudah mulai berkurang
5.
Memotivasi ibu untuk cukup makan dan minum untuk memenuhi
nutrisi ibu dan bayi dalam kandungan serta mempercepat pemulihan.
6.
Kolaborasi dengan dokter dengan cara menjelaskan keadaan
pasien saat visite dokter dan meminta terapi obat yang sesuai. Terapi obat yang
di berikan yaitu
Asam folat 1X1
Vit C 1X1
Diminum segera setelah pasien sampai di
bangsal
Caviplex 1x1
Vit
C 1x1
Fe 1x1
Diminum
pagi hari tanggal 22-03-2014
7.
Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan USG
untuk memastikan keadaan janin dalam kandungan, hasil pemeriksaan USG oleh
dokter ± pukul 10.00 wib yaitu Janin tunggal, letak janin melintang, DJJ (+),
Gerakan Janin (+), insersi plasenta di
corpus posterior uteri.
8.
Mendokumentasikan tindakan di RM
VII. EVALUASI
1.
Ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan dan ibu merasa yakin
dirinya dapat melaluinya dengan baik dengan dukungan suami dan keluarga
2.
Ibu bersedia dilakukan rawat inap di puskesmas
3.
Ibu bersedia untuk bed rest total dan mengurangi
aktivitasnya
4.
Telah dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital dan pemantauan
keadaan umum ibu
5.
Ibu bersedia makan dan minum yang cukup
6.
Telah diberikan obat sesuai terapi obat dari dokter dan ibu
bersedia meminumnya sesuai dengan dosis
7.
Telah dilakukan pemeriksaan USG dan ibu mengerti hasil
pemeriksaan
8.
Telah di dokumentasikan di RM
BAB IV
PEMBAHASAN
Manajemen asuhan kebidanan atau manejemen kebidanan adalah suatu
metode berfikir dan bertindak tepat secara logis tentang asuhan yang diberikan.
Dalam prakteknya bidan harus berfikir kritis, tidak pragmatis untuk menjamin
keamanan dan kepuasan klien sebagai hasil (Pusdiknakes, 2003). Pengertian
tersebut sejalan dengan manajemen asuhan kebidanan yang dilakukan di Puskesmas
Sentolo I yang memberikan pelayanan dengan metode berfikir dan bertindak tepat
secara logis tentang asuhan yang diberikan. Hal dapat dilihat dari tindakan
segera yang diberikan kepada pasien yaitu rawat inap di puskesmas sentolo untuk
bed rest total dan segera diberikan terapi obat.
Dalam menyajikan asuhan kebidan yang diberikan, penulis menyajikan
dalam bentuk varney, sesuai dengan teori varney (1997) meliputi pengkajian yang
terdiri dari data subyektif dan obyektif; interpretasi data yang terdiri dari
diagnose kebidanan, masalah, kebutuhan; diagnosa potensial; antispasi masalah;
perencanaa; pelaksanaan dan evaluasi.
Sebelum merencanakan asuhan kebidanan kepada pasien terlebih dahulu
melihat data subyektif dan obyektif. Data subyektif Ny.P yaitu berdasarkan
hasil anamnesa seperti identitas, alasan/keluhan utama, riwayat menstruasi,
pernikahan, obstetrik, pemakaian alat kontrasepsi, riwayat kesehatan dan
seterusnya. Data subyektif yang sangat membantu menegakkan diagnosa kebidanan
yaitu keluhan utama pasien, Ny.P
mengeluh keluar flek-flek kemudian keluar darah merah segar disertai mules.
Menurut Wildan dan Hidayat (2008) keluhan utama berkaitan dengan kejadian yang
dirasakan pasien, dalam kasus abortus iminens, pasien
akan mengeluh keluar darah sedikit ataupun banyak dari jalan lahir serta
merasakan mules pada perut bagian bawah. Menurut Wiknjosastro (2002) yang
dialami Ny. P termasuk abortus imminens, karena terjadi perdarahan bercak yang
menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi ini,
kehamilan masih mungkin berlanjut dan dipertahankan.
Menurut analisa penulis, kejadian abortus imminen pada Ny. P
merupakan faktor resiko karena usia Ny. P 35 tahun. Menurut Mulyati (2003) usia
dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun
merupakan usia resiko untuk hamil dan melahirkan. Hal in di dukung oleh
pendapat Manuaba (1998) yang menyatakan kurun waktu reproduksi sehat adalah
20-30 tahun. Sehingga, umur 35 tahun bukan merupakan usia reproduksi sehat dan
memiliki banyak resiko kehamilan termasuk resiko terjadinya abortus.
Patofisiologi terjadinya flek flek kemudian keuarnya darah segar pda Ny P
dengan umur kehamilan 11+3 Minggu, kemungkinan vili koriales sudah
menembus dalam desidua hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan hal ini
sejalan dengan pendapat Wiknjosastro (2002) yang menyatakan bahwa pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis
belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan
seluruhnya namun pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Keluarnya
flek-flek pada jam 23.00 wib pada tanggal 21 Maret 2014 yang di alami Ny. P, di
diagnose abortus imminens karena berdasarkan pemeriksaan Ny P merupakan wanita
hamil 11+3 Minggu, yang mengalami perdarahan, padahal semestinya
tidak terjadi perdarahan seperti haid apabila terjadi pembuahan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Wiknjosastro (2007) bahwa diagnosis
abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi melalui
ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus
membesar sebesar tuannya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan
positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat
haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan.
Namun, Diagnosa abortus imminens hanya berdasarkan keluhan
pasien tidak dilakukan pemeriksaan lanjut seperti pemeriksaan ginekologi
seperti, inspeksi
Vulva untuk mengetahui perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, ; inspekulo untuk mengetahui perdarahan dari cavum uteri, osteum
uteri tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium; Colok vagina : porsio tertutup,
besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan.
Diagnosa potensial dalam asuhan kebidanan pada Ny. P yaitu
terjadinya abortus insipiens, hal ini merupakan diagnosa yang akan terjadi
apabila abortus imminens tidak mendapat penganan yang tepat hal ini sesuai
dengan pendapat Wildan dan Hidayat (2008) bahwa diagnosa
potensial pada kasus abortus iminens yaitu
dapat terjadinya abortus insipiens (Wildan dan Hidayat, 2008).
Dalam
kasus abortus imminens yang dialami Ny. P, Puskesmas Sentolo I melakukan
beberapa tindakan. Pada saat Ny. P masuk dan dilakukan pemeriksaan dan di
diagnose abortus imminens, antisipasi tindakan segera yang dilakukan yaitu
pasien dianjurkan rawat inap dan bed rest total di Puskesmas Sentolo 1, dengan
tujuan keadaan pasien dapat terkontrol dengan baik oleh dokter dan benar benar
melakukan bed rest total. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wiknjosastro dkk (2002)
bahwa salah satu penanganan abortus imminens yaitu Istirahat – baring, tidur berbaring
karena merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
Selanjutnya
penangan lain yaitu pasien juga di berikan KIE oleh perawat/ bidan jaga untuk
mengurangi aktifitas dan kemudian
dilakukan pemeriksaan USG untuk memastikan janin masih hidup atau tidak. Berdasarkan
pemeriksaan USG, Penanganan abortus imminens yang meliputi, istirahat tirah
baring, anjuran untuk mengurangi aktifitas, dan pemeriksaan USG sudah sesuai
dengan teori menurut Wiknjosastro (2002) yang menyatakan bahwa penanganan
abortus imminens yaitu dengan istirahat tirah baring, anjuran mengurangi aktifitas
dan pemeriksaan USG untuk memastikan janin masih hidup atau tidak. Hasil
pemeriksaan USG menunjukkan janin tunggal, letak janin melintang, DJJ (+), Gerakan
Janin (+), insersi plasenta di corpus
posterior uteri.
Penanganan
lain pada Ny.P dengan abortus imminens yaitu melakukan observasi keadaan umum
dan tanda-tanda vital ibu. Observasi ini dilakukan saat jadwal pemeriksaan TTV
di Puskesmas Sentolo I yang telah dilakaukan secara rutin baik pagi, siang
maupun malam. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperoleh data perkembangan
meliputi tekanan darah, nadi, suhu, respirasi dan keluhan ibu. Dengan demikian,
baik dokter, bidan/perawat dapat memantau kondisi pasien, hal ini dapat dilihat
dari hasil vital sign dan keluhan pasien. Jika pasien masih mengeluh flek-flek
darah, tentu akan diberikan terapi obat yang sesuai. Langkah ini dimaksudkan
bahwa pemantauan abortus imminens melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan
ginekologik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Saifuddin (2007) tentang
penaganan abortus imminens bahwa pada
fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan
abortus imminens hanya dilakukan
melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
Sehingga pemeriksaan tanda tanda vital yang rutin sangat bermanfaat untuk
mengetahui perkembangan pasien.
Perencanaan
selanjutnya yaitu memotivasi cukup makan dan minum hal ini berfungsi untuk
memenuhi nutrisi ibu hamil untuk memperoleh tenaga agar keadaan umum ibu
semakin membaik. Kolabarosi dengan dokter dan memberikan terapi obat. Di
Puskesmas Sentolo I, kolaborasi dengan dokter dilakukan dengan dokter umum,
karena tidak tersedia dokter spesialis kandungan. Terapi obat yang di berikan
yaitu Asam folat, Vit C pada saat pasien datang di rawat inap. Menurut analisis
saya mengapa asam folat diberikan karena Asam
folat adalah vitamin yang diperlukan untuk mencipatkan sel-sel baru dalam tubuh
yang dibutuhkan untuk perkembangan bayi. Karena tubuh tidak menyimpan asam
folat yang cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan tubuh. Sehingga perlu adanya
asupan tambahan dari makanan atau suplemen. Sedangkan Vit C sangat berguna
untuk membantu penyerapan Fe dalam makanan yang dimakan ibu hamil, sehingga
diharapkan terjadinya perdarahan tidak membuat kadar hemoglobin ibu menurun dan
terhindar dari anemia.
Pemberian terapi obat di atas, tidak sesuai dengan teori
karena menurut teori yang penulis gunakan, bahwa penanganan abortus imminens
diberikan obat terapi hormon, asam mefenamat, penenang penobarbital 3 x 30
gram valium, anti
pendarahan (adona,
transami), Vit
B Komplek, hormon
progesteron, penguat
plasenta (gestanom,
dhopaston), anti kontraksi rahim: duadilan, papaverin. Menurut analisa penulis, mengapa tidak
dilakukan pemberian terapi obat hormon dikarenakan tidak dilakukan pemeriksaan
kadar hormon untuk mengetahui apakah pada Ny.P memiliki kadar hormon yang tidak
sesuai. Sedangkan untuk pemberian obat seperti asam mefenamat, obat penenang
Phenobarbital, vit B komplek, penguat plasenta, anti perdarahan, anti kontraksi
rahim belum dibutuhkan.
Dalam
memberikan asuhan kebidanan, hal yang tidak kalah pentingnya yaitu dokumentasi
tindakan dan hasil tindakan hal ini berfungsi untuk memantau keadaan dan
perkembangan pasien dan sebagai sarana evaluasi bagi tenaga kesehatan untuk
menentukan tindakan medis selanjutnya.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
urain pembahasan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. P umur 35 tahun dengan
abortus imminens, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Manajemen asuhan
kebidanan yang diberikan di puskesmas sentolo telah dilakukan dengan baik dan
tepat
2.
Asuhan kebidanan yang
diberikan pada Ny. P telah sesuai dengan kebutuhan
3.
Adanya kesenjangan
teori dan praktik dalam memberikan terapi obat yang diberikan oleh dokter dan
tidak dilakukannya pemeriksaan geinekologik
B. Saran
1. Bagi
Mahasiswa
Mahasiswa
diharapkan semakin meningkatkan wawasan dan keterampilannya dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus imminens
2. Bagi
Instansi
Akademi
Kebidanan Yogyakarta diharapkan semakin membekali mahasiswa untuk terjun di
lahan praktek dengan pengetahuan yang memadai
3. Bagi
Puskesmas
Puskesmas Sentolo I
diharapkan semakin meningkat pelayanan kesehatan di bidang KIA seperti dalam
memberikan asuhan kebidananibu hamil dengan abortus imminens
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiati,Yuni,dkk.2009.Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta:Fitramaya
Prawirohardjo, S.
2002. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Pusdiknakes
Depkes RI, WHO, JHPIEGO. 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum.
Jakarta, Pusdiknakes RI.
Saifudin,Abdul
Bari.2007.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta:YBP SPWiknjosastro, Hanifa, 2002. IU.
Jakarta : YBP – SP
Mocthar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kelurga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Mocthar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Kelurga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Uliyah. 2006. Perubahan pada Masa Kehamilan. Fitramaya: Yogyakarta.
Wildan dan Hidayat. 2008. Dokumentasi kebidanan.
Jakarta: Salemba medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar